RUPTL 2025-2034 Ditargetkan Rampung Bulan Ini, Intip Bocorannya
IDXChannel – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah finalisasi penyusunan Rencana Usaha Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Rencananya, dokumen tersebut rampung pada April 2025 ini.
"Insyaallah dalam satu bulan ini pasti sudah akan goal ya RPTL-nya. Karena tinggal sedikit lagi, dan itu hanya perlu finalisasi saja," kata Dirjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani, saat dijumpai dalam acara konferensi pers IIGCE yang digelar di Jakarta Selatan pada Senin (14/4/2025).
Eniya mengatakan dokumen itu nantinya akan ditandatangani oleh Menteri ESDM, Menteri Keuangan, dan Menteri BUMN. Terkait isinya, Eniya membeberkan sejumlah poin penting.
Dia menjelaskan RUPTL 2025-2034 memetakan arah pengembangan panas bumi ke depan sebagai bagian dari upaya memperkuat sumber energi base load.
Lebih lanjut, Eniya menegaskan pentingnya eksploitasi panas bumi sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak (BBM) terutama di wilayah yang selama ini masih bergantung pada pembangkit listrik diesel.
Takut Tekanan Suporter di SUGBK? Begini Kata Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Bahrain
"Saya harapkan eksploitasi panas bumi ini benar-benar menjadi solusi base load. Saat ini kalau dibandingkan dengan BBM, diesel yang ada di daerah-daerah, harga listriknya itu luar biasa tinggi BBM ini tinggi sekali," ujarnya.
Ia juga menekankan pengalihan penggunaan BBM dari pembangkitan listrik ke sektor produktif akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Itu yang ingin kita kurangi, jadi BBM fungsinya tidak hanya untuk pembangkitan, tetapi dialihkan ke produktivitas industri, di mana pertumbuhan perekonomian harus mencapai 8 persen di 2029," tuturnya.
Menurut Eniya, pemanfaatan energi secara optimal dan strategis akan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi.
"Nah ini kan kita dorong bersama nih, jadi pemanfaatan-pemanfaatan energi ke arah yang produktivitas Untuk menambah value dari growing pertumbuhan ekonomi tadi," ujar dia.
(Febrina Ratna Iskana)