Bursa Asia Menguat, Nikkei Jepang Memimpin Rebound Usai Aksi Jual Besar-besaran
IDXChannel - Bursa saham Asia bangkit dari level terendah dalam satu setengah tahun, sementara indeks saham berjangka AS menguat pada Selasa (8/4/2025), seiring pasar mengambil jeda setelah aksi jual besar-besaran sebelumnya.
Investor saat ini berharap Presiden AS Donald Trump bersedia bernegosiasi terkait kebijakan tarifnya yang agresif.
Indeks Nikkei Jepang melonjak hampir 6 persen pada Selasa, bangkit dari level terendah dalam satu setengah tahun yang terjadi di sesi sebelumnya. Investor memborong saham setelah melihat tanda-tanda pemulihan di Wall Street.
Pada pukul 10.07 WIB, indeks Nikkei (NI225) menguat 5,90 persen, sedangkan Topix Jepang naik 6,54 persen.
Shanghai Composite juga mendaki 0,34 persen, Hang Seng Hong Kong terkerek 1,08 persen. Demikian pula, KOSPI tumbuh 0,92 persen, ASX 200 Australia rebound 1,51 persen, dan CSI 300 China terapresiasi 0,35 persen.
Berbeda, STI Singapura merosot 1,86 persen.
"Investor kembali membeli saham karena menilai pasar telah mengalami tekanan jual berlebihan. Mereka melihat tanda-tanda pemulihan setelah indeks saham berjangka AS menguat dalam perdagangan di Jepang," kata Senior Portfolio Manager di GCI Asset Management, Takamasa Ikeda.
Pada Senin, indeks S&P 500 dan Dow Jones ditutup melemah, sedangkan indeks Nasdaq yang didominasi saham teknologi mencatat kenaikan tipis setelah sesi perdagangan yang bergejolak.
Indeks saham semikonduktor AS (SOX) naik 2,7 persen semalam, sementara indeks berjangka (futures) S&P dan Nasdaq masing-masing naik lebih dari 1 persen dalam perdagangan Asia pada Selasa, memberikan sinyal pemulihan.
Baik Nikkei maupun Topix masih tertekan sekitar 13 persen sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif pada Hari Pembebasan, yang menimbulkan kekhawatiran terhadap dampaknya pada perekonomian Jepang yang bergantung pada ekspor.
Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, mengatakan, dalam percakapan telepon dengan Trump pada Senin, ia menyampaikan kekecewaannya terhadap kebijakan tarif tersebut dan mendesak agar kebijakan itu dipertimbangkan kembali.
Optimisme bahwa tarif untuk Jepang dapat dikurangi melalui negosiasi antara kedua pemimpin juga turut mendorong kenaikan pasar pada Selasa, kata Ikeda.
"Yang terpenting, ada sedikit titik terang yang memberi harapan bahwa AS benar-benar terbuka untuk negosiasi perdagangan. Salah satu sinyal paling signifikan adalah komunikasi dengan Menteri Keuangan AS Bessent terkait Jepang," ujar Kepala Ekonomi Pasar di National Australia Bank, Tapas Strickland.
Wall Street mengalami fluktuasi tajam sepanjang sesi perdagangan karena investor diombang-ambingkan oleh berbagai berita mengenai tarif.
Sebuah laporan media yang menyebut Trump mempertimbangkan jeda tarif selama 90 hari untuk semua negara kecuali China sempat mendorong pasar AS ke zona hijau. Namun, Gedung Putih kemudian membantah laporan tersebut sebagai "berita palsu".
"Ada indikasi bahwa jika pasar mendengar apa yang ingin didengarnya, maka aset berisiko bisa melonjak tajam," kata Kepala Riset di Pepperstone, Chris Weston.
"Namun, secara keseluruhan, dampak berita pada hari itu tidak sepenuhnya positif. Harapan pasar terhadap berita yang ingin dipercayai ternyata tidak benar," ujarnya.
Cerdas Kelola THR: Belanja, Bagikan, Tabung atau Investasi? Saksikan IG Live MNC Sekuritas Sore Ini
"Saya berpendapat bahwa yang terjadi lebih menyerupai reli dalam tren pasar bearish, yang sebaiknya dimanfaatkan untuk aksi jual, bukan sebagai sinyal bahwa kita telah mencapai titik balik menuju tren kenaikan yang berkelanjutan," tutur Weston. (Aldo Fernando)