Pasar Saham Turun Signifikan, Taspen Lirik Peluang Investasi
IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam 9,19 persen pada perdagangan pertama setelah libur panjang Idulfitri, Selasa (8/4/2025) pagi, memicu penghentian sementara (trading halt). Pelemahan ini sudah diperkirakan sebelumnya.
Berdasarkan penyesuaian peraturan yang baru dirilis oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), di mana bursa memberlakukan trading halt atau pemberhentian perdagangan sementara selama 30 menit jika indeks turun di bawah 8 persen.
Direktur Utama PT Taspen, Rony Hanityo, menilai koreksi tajam di pasar saham global, termasuk di BEI, dipicu oleh satu faktor utama, yakni kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS).
Presiden AS Donald Trump pada 3 April 2025 mengumumkan akan memberlakukan tarif impor untuk berbagai produk dari berbagai negara mitra dagangnya.
“Ya memang sentimen eksternal sangat dominan dalam menggerakkan pasar saham. Apa yang dialami IHSG juga dialami oleh indeks saham dari berbagai belahan dunia. Saat kita libur, pasar saham di negara lain buka dan indeks saham-nya juga tertekan,” ujar Rony.
“Hal ini bukan merupakan suatu yang baru,” katanya. “Ini merupakan sebuah fenomena yang sudah diprediksi sebelumnya.”
Rony menyebut bahwa meskipun besaran tarif impor AS awalnya belum diketahui, sejak Donald Trump terpilih sebagai Presiden ke-47 AS, sudah ada indikasi kembalinya kebijakan proteksionis yang berpotensi memicu perang dagang.
“Sejak awal memang stance kebijakan Presiden Trump bersifat proteksionis dan sudah diduga, respons pasar saham domestik memang lagging karena ada libur panjang,” tutur Rony.
Namun, ia menekankan, meskipun Indonesia turut terdampak, pemerintah tidak tinggal diam dan terus mencari solusi terbaik. Selain itu, valuasi pasar saham Indonesia saat ini sudah sangat menarik.
Dalam kondisi seperti sekarang ini, Rony justru melihat momentum yang tepat untuk mulai membeli saham-saham dengan fundamental yang baik.
Koreksi yang terjadi menunjukkan bahwa banyak saham-saham dengan valuasi murah, sehingga ini bisa menjadi entry point untuk masuk ke saham. Apalagi, IHSG sudah banyak terkoreksi sejak awal tahun ini.
“Dari perspektif valuasi, pasar saham Indonesia saat ini sudah sangat murah jika dilihat dari price to earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV),” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa fundamental emiten-emiten saham juga solid. “Kemampuan cetak laba sangat baik, arus kas juga solid banyak yang memiliki dividend payout ratio (DPR) tinggi,” katanya.
Bahkan, menurutnya, beberapa emiten melakukan aksi korporasi seperti buyback saham.
“Ini saya harapkan bisa menjadi salah satu katalis sehingga tekanan pada IHSG harapannya bersifat temporer atau sementara waktu.”
Menurut Rony, investor tak perlu panik dan justru memanfaatkan kesempatan emas ini untuk membangun portofolio investasi.
“Saya rasa kepanikan berlebihan hanya akan membuat kita kehilangan kesempatan emas,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa investor hanya perlu memilih emiten dengan fundamental solid, prospek cerah, dan valuasi menarik. “Setelah itu tinggal sabar hold saja untuk jangka menengah panjang karena pasar pasti akan recover,” ujarnya.
Rony juga mengungkapkan, Taspen berencana membeli berbagai saham dengan fundamental kuat. “Tentunya hal ini akan dilakukan dalam bertahap dalam jangka waktu yang panjang,” kata Rony.
Singkatnya, melihat tekanan di pasar saham yang sudah terlalu dalam sehingga valuasi saham menjadi sangat murah, Taspen juga melihat momentum ini sebagai peluang untuk ekspansi dengan membeli saham dengan fundamental yang baik. (Aldo Fernando)