Harga Minyak Jatuh, Ketakutan Perang Dagang Picu Kekhawatiran Resesi
IDXChannel – Harga minyak turun lebih dari 3 persen pada Senin (7/4/2025), memperpanjang pelemahan pekan lalu.
Penurunan ini terjadi seiring meningkatnya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang memicu kekhawatiran resesi serta berkurangnya permintaan minyak mentah.
Kontrak berjangka (futures) Brent merosot 3,09 persen ke USD64,02 per barel hingga pukul 08.39 WIB, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) jatuh 3,08 persen menjadi USD60,44 per barel. Pada titik terendah pagi ini, kedua acuan tersebut mencapai level terendah sejak April 2021.
Harga minyak anjlok 7 persen pada Jumat pekan lalu setelah China meningkatkan tarif atas barang-barang AS, memperburuk perang dagang yang telah membuat investor memperhitungkan kemungkinan resesi lebih besar. Dalam sepekan terakhir, Brent melemah 10,9 persen, sementara WTI turun 10,6 persen.
"Pemicu utama penurunan ini adalah kekhawatiran bahwa tarif akan melemahkan ekonomi global," kata analis komoditas di Rakuten Securities, Satoru Yoshida.
"Selain itu, rencana peningkatan produksi oleh OPEC+ juga menambah tekanan jual," ujarnya, seraya menambahkan, tarif balasan dari negara lain di luar China akan menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan.
Yoshida memperkirakan harga WTI bisa jatuh ke USD55 atau bahkan USD50 jika pelemahan di pasar saham terus berlanjut.
Menanggapi kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, China pada Jumat mengumumkan tambahan bea masuk 34 persen atas barang-barang asal Negeri Paman Sam, mengonfirmasi kekhawatiran investor bahwa perang dagang global bisa semakin meluas dan membahayakan perekonomian dunia.
Meski impor minyak, gas, dan produk olahan mendapatkan pengecualian dari tarif baru AS, kebijakan tersebut dapat memicu inflasi, memperlambat pertumbuhan ekonomi, serta memperburuk ketegangan perdagangan, yang pada akhirnya menekan harga minyak.
Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan pada Jumat, tarif baru yang diumumkan Trump lebih besar dari perkiraan dan dampak ekonomi yang ditimbulkan, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat, kemungkinan juga akan lebih besar.
Sementara itu, selama akhir pekan, para menteri utama OPEC+ menegaskan perlunya kepatuhan penuh terhadap target produksi minyak dan meminta negara-negara yang memproduksi di atas kuota untuk menyerahkan rencana kompensasi sebelum 15 April. (Aldo Fernando)