JPMorgan Prediksi Mata Uang Negara Berkembang di Asia Melemah Imbas dari Tarif Dagang AS
IDXChannel- Bank investasi JPMorgan menurunkan rekomendasi untuk mata uang negara-negara berkembang menjadi 'underweight' sebagai respons kebijakan tarif dagang AS. JPMorgan memprediksi mata uang di negara berkembang kawasan Asia akan melemah.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif baru kepada mitra dagang pada Rabu malam. Tarif 'resiprokal' itu berkisar antara 10 persen hingga lebih dari 40 persen.
JPMorgan menilai kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran di pasar keuangan global, terutama bagi negara-negara berkembang. Dalam catatannya, JPMorgan menyatakan meskipun masih ada peluang untuk negosiasi dan pengurangan ketegangan, kebijakan tarif ini merupakan titik balik yang signifikan.
Sentimen pasar dan arus modal diperkirakan akan terganggu dalam beberapa bulan ke depan. Hal itu bisa meningkatkan risiko investasi di negara berkembang.
JPMorgan tetap mempertahankan rekomendasi 'underweight' untuk kredit korporasi dan negara berkembang. Namun, bank ini menaikkan peringkat obligasi lokal negara berkembang menjadi 'marketweight', yang berarti lebih netral dalam pandangan investasi.
Menurut JPMorgan, dampak kebijakan tarif ini paling dirasakan oleh negara-negara berkembang di Asia dan Eropa dibandingkan Amerika Latin dan kawasan lainnya.
Mata uang negara-negara Asia diprediksi akan melemah. Sementara suku bunga di kawasan tersebut kemungkinan besar akan turun.
Selain itu, JPMorgan juga memperingatkan bahwa kemungkinan adanya tindakan balasan dari negara-negara lain bisa semakin memperburuk kondisi pasar. Meningkatnya risiko ini membuat aset-aset dengan imbal hasil tinggi menjadi lebih mahal dibandingkan aset yang memiliki peringkat investasi lebih baik.
Dengan meningkatnya ketidakpastian global akibat kebijakan tarif AS, investor di pasar negara berkembang kini menghadapi tantangan besar. Para analis menyarankan agar pelaku pasar tetap waspada terhadap perkembangan terbaru guna mengantisipasi dampak lebih lanjut terhadap perekonomian dunia.
(Ibnu Hariyanto)