Siapa Hamad bin Isa Al Khalifa? Raja Bahrain yang Bangun Gereja 9.000 Meter Persegi
Raja Bahrain Hamad bin Isa Al Khalifa sempat mencuri banyak perhatian setelah menyumbangkan sebidang tanah seluas 9.000 meter persegi untuk membangun Gereja Katedral Our Lady of Arabia.
Dilansir dari ACN United Kingdom, pembangunan gereja itu telah memakan waktu tujuh tahun lamanya hingga pada akhirnya bisa diresmikan pada 10 Desember 2021 lalu.
Pembangunan yang didukung lembaga amal Katolik Aid to the Church in Need (ACN) itu dianggap sebagai langkah maju yang signifikan sebagai respons terhadap peningkatan populasi Katolik di wilayah tersebut.
Sebelumnya, Bahrain hanya memiliki satu gereja di ibu kota dan sebuah kapel di pinggiran kota.
Sehingga, pembangunan Gereja baru itu dianggap sebagai model kerukunan umat beragama, tanda toleransi Kerajaan Bahrain dan contoh hebat tentang hidup berdampingan secara damai bagi dunia.
Sosok Hamad bin Isa Al Khalifa
Hamad bin Isa Al Khalifa lahir pada tanggal 28 Januari 1950 di Riffa, Bahrain. Ia merupakan anggota keluarga Al Khalifa yang telah berkuasa di Bahrain selama lebih dari dua abad.Pendidikan awal Raja Hamad dimulai di Bahrain, di mana ia menempuh pendidikan dasar dan menengah. Untuk pendidikan tinggi, ia melanjutkan studinya di Inggris, belajar di The Leys School di Cambridge.
Dia lalu menghadiri Royal Military Academy Sandhurst, lulus pada tahun 1972. Pendidikan militernya di Sandhurst membekalinya dengan keterampilan kepemimpinan dan strategi militer yang kemudian diterapkannya dalam karier militernya di Bahrain.
Setelah kembali ke Bahrain, Raja Hamad memainkan peran penting dalam pengembangan Angkatan Bersenjata Bahrain.
Ia menjabat sebagai Komandan Angkatan Pertahanan Bahrain dan berkontribusi dalam membangun kapasitas militer negara tersebut.
Pada 6 Maret 1999, setelah wafatnya ayahnya, Emir Isa bin Salman Al Khalifa, Hamad naik takhta sebagai Emir Bahrain.
Salah satu langkah pertamanya sebagai pemimpin adalah memperkenalkan reformasi politik yang bertujuan mentransformasi Bahrain menjadi monarki konstitusional.
Di bawah kepemimpinan Raja Hamad, Bahrain mengadakan referendum nasional yang menghasilkan adopsi Piagam Aksi Nasional.
Piagam ini memperkenalkan parlemen bikameral, yang terdiri dari Dewan Perwakilan yang dipilih secara langsung dan Dewan Syura yang ditunjuk.
Meski begitu, masa pemerintahan Raja Hamad juga diwarnai dengan tantangan. Pada tahun 2011, Bahrain mengalami gelombang protes sebagai bagian dari Arab Spring.
Demonstran menuntut reformasi politik lebih lanjut dan peningkatan hak-hak sipil. Pemerintah merespons dengan tindakan keras, yang mengundang kritik dari komunitas internasional terkait pelanggaran hak asasi manusia.
Di ranah domestik, Raja Hamad mendorong diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada minyak.
Ia mendukung pengembangan sektor keuangan, pariwisata, dan pendidikan. Inisiatif-inisiatif ini bertujuan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Bahrain.
Raja Hamad juga dikenal sebagai pendukung dialog antaragama dan toleransi. Ia mempromosikan Bahrain sebagai model koeksistensi antara berbagai komunitas agama dan etnis.
Upaya ini mencerminkan visinya untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan inklusif.