Rusia Tembak Jatuh 7 Pesawat Nirawaknya Sendiri setelah Putin-Trump Teleponan
Militer Rusia mengatakan bahwa mereka diharuskan menembak jatuh tujuh pesawat nirawaknya sendiri untuk memenuhi perintah Presiden Vladimir Putin, yakni menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina.
Putin memberikan perintah tersebut sebagai hasil diskusi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump via telepon pada hari Selasa.
Selama panggilan telepon, Putin menerima usulan Trump bagi pihak-pihak yang bertikai di Ukraina untuk menahan diri dari menyerang infrastruktur energi satu sama lain selama 30 hari, kata Kremlin.
Pemimpin Rusia segera memerintahkan militer negara untuk mematuhinya, imbuh Kremlin.
Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa mereka telah menerima perintah dari Panglima Tertinggi untuk menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi Ukraina.
“Saat perintah Putin datang, tujuh pesawat nirawak serang Rusia berada di udara, menargetkan fasilitas infrastruktur energi Ukraina yang terkait dengan kompleks industri militer negara itu di wilayah Nikolaev [Mykolaiv],” kata kementerian tersebut.
“Untuk memenuhi perintah, pertahanan udara Rusia harus menetralkan UAV tersebut. Enam pesawat nirawak ditembak jatuh oleh sistem rudal Pantsir dan satu lagi oleh jet tempur,” imbuhnya.
Kementerian Pertahanan juga mengeklaim bahwa hanya beberapa jam setelah panggilan telepon antara Putin dan Trump, rezim Kyiv melakukan serangan yang disengaja dengan tiga pesawat nirawak sayap tetap pada fasilitas infrastruktur energi di desa Kavkazskaya di Wilayah Krasnodar Rusia.
Serangan itu merusak reservoir minyak di lokasi dan menyebabkan kebakaran.
Fasilitas Kavkazskaya digunakan untuk memindahkan minyak mentah dari tangki yang diangkut dengan kereta api ke jaringan pipa yang dioperasikan oleh Caspian Pipeline Consortium (CPC), sebuah perusahaan internasional yang mencantumkan raksasa energi AS Chevron dan Mobil di antara mitranya.
"Jelas, ini adalah provokasi yang direncanakan oleh rezim Kyiv yang bertujuan menggagalkan inisiatif perdamaian presiden AS," papar kementerian tersebut, yang dilansir dari Russia Today, Kamis (20/3/2025).