Israel Mengebom Ibu Kota Suriah, Klaim Incar Militan Palestina
Israel telah mengebom sebuah gedung di Ibu Kota Suriah, Damaskus, melalui serangan jet tempur pada hari Kamis.
Serangan tersebut, yang menurut rezim Zionis menargetkan para militan Palestina, menewaskan satu orang.
"Pesawat Israel menargetkan sebuah gedung dengan dua rudal di Damaskus, menewaskan sedikitnya satu orang," kata pemantau perang Suriah, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
Kantor berita negara Suriah; SANA, pada Jumat (14/3/2025), juga melaporkan serangan Israel tersebut.
Dua sumber keamanan Suriah mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa targetnya adalah seorang warga Palestina.
Salah satu sumber mengatakan gedung yang diserang adalah markas besar organisasi Jihad Islam Palestina (PIJ).
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah mengonfirmasi bahwa Angkatan Udara Israel melakukan serangan udara di Damaskus.
"Tidak akan ada kekebalan bagi terorisme Islam terhadap Israel–baik di Damaskus maupun di tempat lain. Kami tidak akan membiarkan Suriah menjadi ancaman bagi negara Israel," kata Katz dalam sebuah pernyataan.
Militer Israel juga mengeklaim gedung itu adalah pusat komando milik kelompok PIJ, yang digunakan untuk mengarahkan “kegiatan teroris” terhadap Israel.
Sebuah video berdurasi sembilan detik yang dirilis oleh militer Zionis menunjukkan ledakan di tepi sebuah gedung yang diikuti oleh kepulan asap tebal.
Militer Zionis mengatakan pusat komando itu digunakan untuk merencanakan dan mengarahkan "kegiatan teroris" oleh PIJ terhadap Israel.
Sementara itu,seorang sumber di PIJ mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa sebuah gedung milik kelompok itu telah dihantam oleh jet tempur Israel, dan menambahkan ada "para martir dan yang terluka" dalam serangan itu.
Sejak penggulingan presiden Suriah Bashar al-Assad pada bulan Desember, Israel telah melakukan ratusan serangan udara di Suriah dan mengerahkan pasukan ke zona penyangga yang dipatroli PBB di Dataran Tinggi Golan yang strategis.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengatakan bahwa Suriah selatan harus didemiliterisasi sepenuhnya, dan memperingatkan bahwa pemerintahannya tidak akan menerima kehadiran pasukan pemerintah baru di dekat wilayahnya.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar juga telah berulang kali memperingatkan bahwa para pemimpin dunia harus waspada terhadap kepemimpinan baru di Suriah, dan memperingatkan bahwa "kelompok jihad" sekarang sedang memerintah negara itu.
Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang memimpin penggulingan Assad, berakar pada cabang al-Qaeda di Suriah.
Kelompok ini masih terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan pemerintah lainnya.
HTS telah berupaya untuk memoderasi citranya dalam beberapa tahun terakhir.
Setelah bertahun-tahun terisolasi secara diplomatik di bawah Assad, para diplomat dari Barat dan negara-negara tetangga Suriah telah menghubungi para penguasa baru Suriah.
Dengan mengatakan bahwa mereka ingin membantu negara yang dilanda perang itu untuk membangun kembali, Kanada dan Uni Eropa telah meringankan sanksi yang dijatuhkan pada pemerintah Assad.
Bahkan sebelum rezim Assad tumbang, selama perang saudara Suriah yang pecah pada tahun 2011, Israel melakukan ratusan serangan di negara tetangga itu, terutama terhadap pasukan pemerintah dan target-target yang terkait dengan Iran.