Trump Usul AS-Rusia-China Potong Anggaran Militer 50, Putin Dukung, Beijing Menolak
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengusulkan agar Amerika, Rusia, dan China sama-sama memotong anggaran militer hingga 50 persen.
Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung gagasan Trump, namun China menolaknya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian menegaskan bahwa belanja pertahanan Beijing yang terbatas diperlukan untuk melindungi kedaulatan nasional, keamanan, dan kepentingan pembangunannya.
Lin menekankan bahwa pengeluaran pertahanan China saat ini dibenarkan oleh kebutuhannya untuk menjaga keamanan dalam negeri dan berkontribusi pada perdamaian global.
Usulan Trump itu disampaikan 13 Februari lalu. "Salah satu pertemuan pertama yang ingin saya lakukan adalah dengan Presiden Xi [Jinping] dari China, Presiden [Vladimir] Putin dari Rusia. Dan saya ingin mengatakan: 'Mari kita potong anggaran militer kita menjadi setengahnya'," katanya saat itu.
"Dan kita bisa melakukannya. Dan saya pikir kita akan mampu melakukannya," ujarnya.
Siapa Oleg Gorokhovsky? Bankir Ukraina yang Melakukan Penggalangan Dana untuk Membeli Senjata Nuklir
Putin pada hari Senin mendukung usulan Trump, menyebutnya sebagai ide yang bagus.
"Saya pikir itu ide yang bagus. AS akan memotong sebesar 50 persen dan kami akan memotong sebesar 50 persen dan kemudian China akan bergabung, jika mereka mau," kata Putin dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah Rusia.
Saat dimintai tanggapannya terhadap komentar Trump dan Putin, Lin mengatakan dalam jumpa pers bahwa China berkomitmen untuk pembangunan yang damai.
"China menegakkan strategi pertahanan diri, mengejar pembangunan yang terkoordinasi antara ekonomi dan pertahanan nasionalnya, dan tidak pernah terlibat dalam perlombaan senjata dengan negara mana pun," kata Lin, yang dilansir PTI, Kamis (27/2/2025).
Dia menambahkan bahwa Beijing telah bekerja untuk perdamaian dunia melalui tindakan konkret dan menyuntikkan stabilitas dan kepastian ke dunia.
China, yang merupakan pembelanja pertahanan terbesar kedua setelah AS, tahun lalu meningkatkan anggaran pertahanannya sebesar 7,2 persen menjadi sekitar USD232 miliar (1,67 triliun Yuan) karena terus melakukan modernisasi besar-besaran militernya di semua angkatan bersenjatanya.
Spekulasi tersebar luas bahwa Beijing mungkin juga akan meningkatkan pengeluaran pertahanannya tahun ini di tengah pernyataan Trump untuk lebih meningkatkan militer AS.
Lin mengatakan belanja pertahanan global mencapai rekor tertinggi tahun lalu.
“Menurut statistik, belanja pertahanan global tahun 2024 sekitar USD2,43 triliun, rekor tertinggi. Di balik peningkatan belanja pertahanan global yang terus-menerus adalah situasi keamanan internasional dan regional yang semakin tegang dan defisit keamanan yang terus meningkat,” katanya.
“Semua pihak menghadapi tantangan bersama dalam tata kelola keamanan global. Komunitas internasional, terutama negara-negara besar, harus memimpin dalam bertindak sebagai pendorong solidaritas global dan jangkar bagi perdamaian dunia,” katanya.
Rusia telah meningkatkan anggaran militer secara besar-besaran sejak melancarkan serangannya ke Ukraina pada tahun 2022, yang mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga inflasi.
Putin mengatakan tahun lalu bahwa pada tahun 2024 anggaran pertahanan dan keamanan akan mencapai sekitar 8,7 persen dari PDB.
Dia mengatakan pada hari Senin bahwa dia tidak dapat berbicara atas nama China. "Tetapi Rusia dapat mencapai kesepakatan dengan AS (untuk memangkas anggaran), kami tidak menentangnya," ujarnya.