Trump Klaim Putin Dukung Gagasan Pengurangan Stok Senjata Nuklir AS dan Rusia

Trump Klaim Putin Dukung Gagasan Pengurangan Stok Senjata Nuklir AS dan Rusia

Global | sindonews | Jum'at, 24 Januari 2025 - 09:32
share

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeklaim bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mendukung gagasan pengurangan stok senjata nuklir milik Washington dan Moskow.

Dia berharap untuk mengadakan pembicaraan tentang hal itu dengan Rusia dan China.

Trump menyampaikan pernyataan tersebut pada hari Kamis selama pidato melalui tautan video untuk Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahunan di Davos, Swiss.

Mengingat pembicaraan yang dilakukannya dengan Putin menjelang Pemilu AS tahun 2020 tentang denuklirisasi, Trump berkata, "Saya dapat memberi tahu Anda bahwa Presiden Putin ingin melakukannya, dia dan saya ingin melakukannya."

“Kami telah berdiskusi dengan baik dengan China, mereka akan terlibat, dan itu akan menjadi hal yang luar biasa bagi planet ini,” ujarnya, yang dilansir Russia Today, Jumat (24/1/2025).

Trump juga menunjuk pada biaya untuk mempertahankan persenjataan nuklir Amerika sebagai faktor pendorong di balik gagasan untuk membatasi jumlah senjata yang digunakan.

“Jumlah uang yang sangat besar dihabiskan untuk nuklir, dan kemampuan destruktifnya adalah sesuatu yang bahkan tidak ingin kami bicarakan,” katanya.

Pada Mei 2019, Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia dan Putin telah membahas kemungkinan perjanjian baru yang membatasi senjata nuklir yang pada akhirnya dapat mencakup China, dalam apa yang akan menjadi kesepakatan besar antara tiga kekuatan atom teratas dunia.

Pertemuan itu diadakan karena perjanjian New START—satu-satunya pakta pengendalian senjata antara Moskow dan Washington yang mengharuskan mereka memangkas hulu ledak nuklir strategis yang dikerahkan ke level terendah dalam beberapa dekade—akan berakhir pada Februari 2021.

Perjanjian itu diperpanjang selama lima tahun hingga berakhir pada tahun 2026.

Namun, Rusia secara resmi menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian itu pada tahun 2023 karena dukungan militer Washington kepada Ukraina. Moskow kemudian mengatakan akan terus mematuhi batasan yang ditetapkan dalam perjanjian itu.

Sejak itu, Kremlin telah memperingatkan bahwa penumpukan militer AS yang berkelanjutan di dekat perbatasannya dan penyebaran rudal berkemampuan nuklir secara global dapat memicu respons yang proporsional.

Moskow memiliki persenjataan nuklir terbesar di dunia, meskipun pejabat Rusia, termasuk Putin, telah berulang kali menyatakan bahwa mereka menganggap penggunaan senjata semacam itu sebagai "pilihan terakhir”.

Tahun lalu, Rusia mengumumkan pembaruan doktrin nuklirnya setelah AS dan beberapa negara Barat mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh pasokan mereka untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

Doktrin nuklir Rusia yang direvisi menyatakan bahwa agresi oleh negara non-nuklir atau oleh sekelompok negara yang didukung oleh negara nuklir, dapat dilihat sebagai “serangan bersama” terhadap Rusia.

Topik Menarik