Tentara Hamas Muncul di Jalan-jalan Gaza setelah 15 Bulan Perang Melawan Israel
Setelah lebih dari setahun bersembunyi di terowongan dan menghindari serangan udara jet-jet tempur Israel, para tentara Hamas bemunculan jalan-jalan Gaza yang hancur.
Pasukan dari kelompok perlawanan Palestina itu muncul ke permukaan setelah gencatan senjata dengan Israel mulai berlaku hari Minggu.
Kemunculan mereka menentang janji Israel yang akan melenyapkan Hamas.
Setelah masyarakat internasional menyaksikan Hamas menyerahkan tiga sandera Israel kepada Palang Merah pada hari Minggu, puluhan tentara Hamas yang mengenakan balaclava dengan ikat kepala hijau khas kelompok tersebut terlihat di alun-alun Kota Gaza yang penuh sesak.
Keesokan harinya, seorang wakil menteri dalam negeri Hamas untuk wilayah itu keluar dan berkeliling di Kota Gaza, menyatakan bahwa warga Gaza "hidup dalam momen kemenangan".
Sementara Hamas kembali ke jalan-jalan Gaza, pasukan Israel menarik diri dari daerah padat penduduk di wilayah kantong Palestina tersebut.
Saudi Pernah Minta Jerman untuk Mengekstradisi Abdulmohsen yang Jadi Tersangka Serangan Natal
Kehancuran yang ditinggalkan pasukan Israel sangat mengejutkan, namun Hamas tampaknya selamat, meskipun tujuan Israel sejak awal perang adalah membasmi kelompok itu untuk selamanya.
“Ketika Anda menetapkan eliminasi total (sebagai tujuan), jika ada satu orang yang bertahan, itu bisa dianggap sebagai kegagalan,” kata Yossi Mekelberg, pakar Timur Tengah di Chatham House, yang dilansir AFP, Kamis (23/1/2025).
Pengeboman Paling Ganas
Ini bisa menjadi masalah bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang berjanji setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel untuk menghancurkan kelompok tersebut.“Mereka berada di bawah pengeboman paling ganas yang pernah dapat dilakukan oleh organisasi semacam itu dan mereka masih ada di sana dan mereka masih merekrut,” kata Mekelberg.
Israel menghancurkan barisan Hamas dan membunuh banyak pemimpin puncaknya, termasuk Ismail Haniyeh dan penggantinya; Yahya Sinwar.
Pada hari Selasa, kepala militer Israel mengatakan kampanyenya telah menewaskan “hampir 20.000 anggota Hamas”.
Mekelberg memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menilai kondisi keseluruhan Hamas, dan mengakui bahwa Hamas telah menderita kerugian besar. "Tetapi di televisi Anda, Anda melihat mereka masih di sana, dengan bandana dan semua topeng mereka," ujarnya.
Muhammad Shehada, dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, mengatakan Israel secara khusus menargetkan pegawai negeri, polisi, dan menteri, sebagai bagian dari upayanya untuk membongkar kemampuan pemerintahan Hamas.
"Kehadiran terus-menerus para pejabat dan pasukan ini merupakan simbol perlawanan, yang menunjukkan bahwa mereka tetap beroperasi meskipun ada serangan gencar," katanya.
Pada hari Senin, kelompok Hamas menampilkan dirinya sebagai pemenang karena telah selamat, dengan mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Gaza, dengan orang-orangnya yang hebat dan ketahanannya, akan bangkit kembali untuk membangun kembali apa yang telah dihancurkan oleh pendudukan dan terus berada di jalur keteguhan sampai pendudukan dikalahkan."
Permainan Pukul-pukulan
Gencatan senjata masih dalam tahap awal dan masih banyak pertanyaan tentang masa depan Jalur Gaza dan Hamas.Michael Horowitz, analis Timur Tengah di konsultan keamanan Le Beck, mengatakan Hamas telah menunjukkan kekuatannya untuk menghalangi para pesaing di dalam jajaran Palestina dan untuk menunjukkan kepada Israel bahwa setiap putaran pertempuran tambahan tidak akan menghasilkan apa-apa.
"Hamas tidak dikalahkan karena satu alasan utama," katanya. "Yaitu, bahwa Israel tidak mencoba menggantikan Hamas sebagai entitas pemerintahan di Gaza," katanya lagi.
Netanyahu telah berulang kali menegaskan bahwa Otoritas Palestina yang berpusat di Ramallah tidak memiliki peran di Jalur Gaza. "Visi yang hanya berfokus pada keamanan ini, berarti Israel telah terjebak dalam permainan pukul-pukulan," imbuh dia.
Eva Koulouriotis, analis Timur Tengah yang independen, mengatakan Hamas mempertahankan popularitas yang luar biasa di Gaza. "Sementara upaya untuk menyediakan basis populer bagi Otoritas Palestina dan menolak kekuasaan Hamas telah gagal," ujarnya.
Kehancuran yang ditimbulkan oleh perang memang menimbulkan kebencian terhadap Hamas di antara warga Gaza, kata Shehada, tetapi banyak yang berkonflik.
"Orang-orang juga merasa bangga bahwa sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzudin al-Qassam, menentang kekuatan Israel," katanya.
“Hal itu berkisar pada fakta bahwa orang-orang telah dipermalukan... Dan kemudian hal itu mendatangkan sumber kebanggaan," paparnya.
Biaya kemanusiaan perang bagi rakyat Gaza sangat besar.
Kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas telah menyebutkan jumlah korban tewas lebih dari 47.100, mayoritas warga sipil, angka yang dianggap kredibel oleh PBB.
Kehancuran itu merupakan balasan atas serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel, yang mengakibatkan kematian 1.210 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP dari angka resmi Israel.
Horowitz mengatakan skala kerusakan itu termasuk yang terburuk dari semua pertempuran perkotaan dalam ingatan baru-baru ini, menambahkan bahwa kerusakan itu melampaui kerusakan yang terjadi di Mosul di Irak selama kampanye untuk mengusir kelompok ISIS.
Namun pada akhirnya, kata Mekelberg, kampanye militer Israel tidak menangani akar penyebab konflik. Komentarnya itu menggemakan seruan oleh kepala PBB Antonio Guterres agar gencatan senjata menjadi "langkah pertama" menuju penyelesaian politik jangka panjang antara Israel dan Palestina.
5 Perang yang Berkecamuk selama 2024
"Hanya dengan cara itu, Israel dapat menciptakan ruang antara (Hamas) dan seluruh rakyat (Palestina)," katanya.