Kerabat Korban Tragedi Jeju Air Luapkan Tangis dan Marah: 'Kami Bukan Monyet di Kebun Binatang'
Para kerabat dari 179 orang korban tewas dalam tragedi kecelakaan penerbangan Jeju Air di Korea Selatan meluapkan tangis dan marah mereka.
Kemarahan diluapkan kepada para wartawan yang hendak merekam kesedihan mereka di area kedatangan Bandara Internasional Muan pada hari Minggu.
"Kami bukan monyet di kebun binatang," teriak salah seorang kerabat korban. "Kami adalah keluarga yang berduka," teriaknya lagi, seperti dikutip Reuters , Senin (30/12/2024).
Mereka berkumpul, menangis, dan berpelukan saat relawan Palang Merah membagikan selimut.
Ketika petugas medis mengumumkan nama-nama korban yang diidentifikasi berdasarkan sidik jari mereka, para kerabat menangis dan berteriak. Kertas-kertas diedarkan agar keluarga menuliskan detail kontak mereka.
Seorang kerabat berdiri di depan mikrofon untuk meminta informasi lebih lanjut dari pihak berwenang. "Kakak laki-laki saya meninggal dan saya tidak tahu apa yang terjadi," katanya. "Saya tidak tahu."
Kendaraan jenazah berbaris di luar untuk membawa jenazah, dan pihak berwenang mengatakan kamar mayat sementara telah didirikan.
Sementara itu, menurut saksi mata Reuters , lokasi kecelakaan berbau bahan bakar penerbangan dan darah. Pekerja dengan pakaian pelindung dan masker menyisir area tersebut sementara tentara mencari melalui semak-semak. Tragedi penerbangan Jeju Air 7C2216 tercatat sebagai kecelakaan udara paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan.
Kecelakaan ini menewaskan 179 orang pada hari Minggu ketika pesawat tersebut mendarat dengan posisi terbalik dan tergelincir dari ujung landasan pacu, meletus menjadi bola api saat menghantam dinding di Bandara Internasional Muan.
Penerbangan Jeju Air 7C2216, yang tiba dari Ibu Kota Thailand, Bangkok, dengan 175 penumpang dan enam awak di dalamnya, berupaya mendarat tak lama setelah pukul 09.00 pagi di bandara di bagian selatan negara itu, kata Kementerian Transportasi Korea Selatan.
Hanya dua awak pesawat yang selamat dan mereka sedang dirawat karena luka-luka.
Kementerian Transportasi mengatakan selain tercatat sebagai kecelakaan udara paling mematikan di tanah Korea Selatan, tragedi ini juga menjadi kecelakaan terburuk yang melibatkan maskapai penerbangan Korea Selatan dalam hampir tiga dekade.
Pesawat Boeing 737-800 bermesin ganda itu terlihat dalam rekaman video media lokal meluncur di landasan tanpa roda pendaratan yang terlihat sebelum menabrak peralatan navigasi dan dinding dalam ledakan api dan puing-puing.
"Hanya bagian ekor yang masih sedikit bentuknya, dan bagian lainnya (pesawat) tampak hampir mustahil dikenali," kata kepala pemadam kebakaran Muan Lee Jung-hyun dalam jumpa pers.
Dua awak pesawat, seorang pria dan seorang wanita, diselamatkan dari bagian ekor pesawat yang terbakar, kata Lee. Mereka dirawat di rumah sakit dengan luka sedang hingga parah, imbuh kepala pusat kesehatan masyarakat setempat.
Lee mengatakan pihak berwenang menyisir daerah sekitar untuk mencari jasad yang mungkin terlempar dari pesawat.
Penyelidik, kata Lee, sedang memeriksa kemungkinan tabrakan burung dan kondisi cuaca sebagai faktor-faktor penyebab kecelakaan.
Kecelakaan Terburuk bagi Maskapai Korea Selatan
Kantor berita Yonhap mengutip pernyataan otoritas bandara yang mengatakan tabrakan burung mungkin telah menyebabkan roda pendaratan tidak berfungsi.Kecelakaan itu merupakan yang terburuk bagi maskapai penerbangan Korea Selatan sejak kecelakaan Korean Air tahun 1997 di Guam yang menewaskan lebih dari 200 orang, menurut data Kementerian Transportasi.
Kecelakaan terburuk sebelumnya di tanah Korea Selatan adalah kecelakaan Air China yang menewaskan 129 orang pada tahun 2002.
Para pakar mengatakan laporan tabrakan burung dan cara pesawat mencoba mendarat menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
"Serangan burung bukanlah hal yang aneh, masalah pada kolong pesawat bukanlah hal yang aneh," kata editor Airline News Geoffrey Thomas. "Serangan burung terjadi jauh lebih sering, tetapi biasanya tidak menyebabkan hilangnya pesawat dengan sendirinya."
Berdasarkan peraturan penerbangan global, Korea Selatan akan memimpin penyelidikan sipil atas kecelakaan tersebut dan secara otomatis melibatkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional di Amerika Serikat tempat pesawat tersebut dirancang dan dibangun.
Menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan tak lama kemudian pilot mengumumkan "mayday" dan kemudian mencoba mendarat dari arah yang berlawanan, kata seorang pejabat Kementerian Transportasi.
Kementerian itu mengatakan pesawat tersebut diproduksi pada tahun 2009.
Kedua mesin CFM56-7B26 diproduksi oleh CFM International, sebuah usaha patungan antara GE Aerospace dan Safran dari Prancis.
Seorang juru bicara CFM mengatakan, "Kami sangat berduka atas hilangnya penerbangan Jeju Air 2216. Kami menyampaikan simpati yang tulus kepada keluarga dan orang-orang terkasih dari mereka yang berada di dalam pesawat."
CEO Jeju Air Kim E-bae meminta maaf atas kecelakaan itu, membungkuk dalam-dalam selama pengarahan yang disiarkan televisi.
Dia mengatakan pesawat itu tidak memiliki catatan kecelakaan dan tidak ada tanda-tanda awal kerusakan. Menurut Kim, maskapai penerbangan akan bekerja sama dengan para penyelidik dan menjadikan dukungan bagi yang berduka sebagai prioritas utama.
Tidak ada kondisi abnormal yang dilaporkan saat pesawat meninggalkan Bandara Suvarnabhumi Bangkok, kata Kerati Kijmanawat, presiden Airports of Thailand.