Profil Taleb Abdulmohsen, Pelaku Serangan Tabrak Mobil di Pasar Malam Jerman

Profil Taleb Abdulmohsen, Pelaku Serangan Tabrak Mobil di Pasar Malam Jerman

Global | okezone | Senin, 23 Desember 2024 - 18:06
share

JAKARTA - Taleb Abdulmohsen, seorang aktivis ateis asal Arab Saudi, diduga menjadi pelaku serangan di pasar Natal di kota Magdeburg, Jerman, yang menewaskan lima orang, termasuk seorang balita, dan melukai lebih dari 200 orang lainnya. Serangan ini dilakukan pada Jumat (20/12/2024) malam, dengan menggunakan mobil BMW, dan Abdulmohsen ditangkap oleh polisi Jerman di bawah todongan senjata. 

Abdulmohsen, 50 tahun, seorang dokter spesialis psikiatri dan psikoterapi asal kota Hofuf di Arab Saudi bagian timur. Melansir BBC, ia pindah ke Jerman pada 2006 dan memperoleh status pengungsi pada 2016. Dia bekerja di Salus-Fachklinikum Bernburg, sebuah klinik spesialis di Bernburg.

Selama di Jerman, ia dikenal sebagai aktivis vokal yang menentang Islam, membantu warga Arab Saudi, terutama perempuan yang ingin meninggalkan Islam untuk keluar dari negara tersebut. Akun X Abdulmohsen dipenuhi dengan postingan dan postingan yang dibagikan ulang yang berfokus pada tema anti-Islam dan kritik terhadap agama sambil membagikan catatan ucapan selamat kepada umat Islam yang meninggalkan iman.

Dia juga menggambarkan dirinya sebagai mantan Muslim dan "oposisi militer Saudi".  Selain itu, ia sering membuat klaim kontroversial, seperti menuduh pemerintah Jerman mengejar pencari suaka perempuan asal Saudi untuk menghancurkan kehidupan mereka, serta menyatakan bahwa Jerman ingin "mengislamkan Eropa". Ia juga mengelola akun Twitter bernama "Saudi Ex-Muslims". 

Abdulmohsen mendukung beberapa tokoh dan kelompok sayap kanan, termasuk Tommy Robinson yang merupakan seorang aktivis anti-Islam dari Inggris, partai anti-imigran Alternatif untuk Jerman (AfD), dan Elon Musk, yang sering mempromosikan narasi anti-imigran. Ia juga menunjukkan simpatinya terhadap Israel dan sering membagikan konten dari juru bicara resmi militer Israel, Avichay Adraee. 

 

Selain itu, akun media sosialnya dipenuhi dengan materi anti-Islam, termasuk video grafis yang menggambarkan seorang perempuan Muslim dihukum rajam karena hubungan di luar nikah. “Ini adalah hukum Islam dan akan terlihat di jalanan kota Anda jika Anda tidak segera sadar,” jelas Abdulmohsen dalam video tersebut, meskipun keasliannya belum dapat diverifikasi. 

Sebelum melakukan serangan, Abdulmohsen pernah diwawancarai oleh media Jerman dan internasional, termasuk situs-situs sayap kanan. Ia memposisikan dirinya sebagai aktivis hak asasi manusia. Pada 2017, ia sempat berkorespondensi dengan The New Arab, dan pada 2019, ia diwawancarai oleh BBC. Dalam salah satu wawancaranya, ia mengungkapkan bahwa ia datang ke Jerman untuk pelatihan sebagai psikoterapis, tetapi kemudian mengajukan suaka setelah menerima ancaman pembunuhan karena meninggalkan Islam. 

Lima hari sebelum serangan, Abdulmohsen mengkritik pengungsi Suriah di Jerman dalam sebuah wawancara dengan RAIR Foundation, sebuah organisasi sayap kanan. “Jerman menyambut orang-orang Suriah, termasuk banyak Islamis. Sementara secara bersamaan menolak murtadin dari Saudi, orang-orang yang benar-benar melarikan diri dari hukuman mati berbasis syariah,” tegasnya.

Topik Menarik