Bertemu Biden, Xi Jinping Janji Bakal Kerja Sama dengan Trump
LIMA - Presiden China, Xi Jinping berjanji akan bekerja sama dengan pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang baru di bawah kepemiminan Donald Trump. Ia mengatakan hal itu saat pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden di hotel tempat pimpinan China menginap di sela-sela forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik di Lima, Peru, pada Sabtu (16/11/2024).
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2 jam itu, sejumlah hal dibahas mulai dari kejahatan dunia maya hingga perdagangan, Taiwan, Laut Cina Selatan, dan Rusia. Ini merupakan pertemuan pertama antara Xi Jinping dan Biden dalam 7 bulan terakhir.
"Tujuan China untuk hubungan China-AS yang stabil, sehat, dan berkelanjutan tetap tidak berubah" setelah pemilihan Trump, kata Xi saat ia bertemu Biden. Ia mengakui adanya "pasang surut" antara kedua negara.
"China siap bekerja sama dengan pemerintahan AS yang baru untuk menjaga komunikasi, memperluas kerja sama, dan mengelola perbedaan," katanya melansir Reuters, Minggu (17/11/2024).
Biden memberi tahu Xi bahwa kedua pemimpin itu tidak selalu sepakat tetapi diskusi mereka "terus terang".
Dua bulan sebelum Trump kembali ke Gedung Putih, pejabat AS melihat peningkatan risiko konflik selama masa transisi. Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan mengatakan, Biden memberi tahu Xi bahwa mempertahankan pembicaraan antarpemimpin akan sangat penting bahkan setelah ia meninggalkan jabatannya.
Presiden terpilih tersebut telah berjanji untuk memberlakukan tarif menyeluruh sebesar 60 atas impor barang-barang China dari AS sebagai bagian dari paket langkah-langkah perdagangan "America First". Beijing menentang langkah-langkah tersebut.
Republikan tersebut juga berencana untuk mempekerjakan beberapa orang yang bersuara keras terhadap Tiongkok dalam peran-peran senior, termasuk Senator AS Marco Rubio sebagai menteri luar negeri dan Perwakilan Mike Waltz sebagai penasihat keamanan nasional.
Biden telah berupaya untuk menurunkan ketegangan dengan China, dan hanya ada sedikit tanda-tanda terobosan pada isu-isu utama.
Namun, Biden dan Xi sepakat, manusia yang harus membuat keputusan mengenai penggunaan senjata nuklir, bukan kecerdasan buatan. Menurut Gedung Putih, ini pertama kalinya kedua negara diketahui telah mengangkat isu tersebut.
Presiden AS dan China juga berbicara tentang Korea Utara, sekutu China yang hubungannya semakin erat dengan Rusia dan pengerahan pasukan dalam perang Moskow dengan Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran di Washington, Beijing, dan ibu kota Eropa.
"Presiden Biden menunjukkan bahwa posisi (Republik Rakyat China) yang dinyatakan secara publik sehubungan dengan perang di Ukraina adalah tidak boleh ada eskalasi, tidak boleh ada perluasan konflik, dan pengerahan pasukan (Republik Demokratik Rakyat Korea) bertentangan dengan itu," kata Sullivan.
"Ia juga menunjukkan bahwa RRT memang memiliki pengaruh dan kapasitas, dan harus menggunakannya untuk mencoba mencegah eskalasi lebih lanjut atau perluasan konflik lebih lanjut dengan pengerahan lebih banyak pasukan DPRK."