3 Alasan Elon Musk Dipilih Masuk Kabinet Donald Trump
WASHINGTON - Elon Musk dan mantan calon presiden Partai Republik Vivek Ramaswamy akan memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE) yang baru dibentuk, menurut pernyataan Donald Trump pada Selasa (12/11/2024). Meskipun nama departemen ini mengarah pada sebuah lembaga pemerintah, sebenarnya ini bukanlah lembaga pemerintahan.
Melansir The Guardian, Trump menyatakan bahwa Musk dan Ramaswamy akan bekerja dari luar pemerintahan untuk memberikan nasihat kepada Gedung Putih dan berkolaborasi dengan Kantor Manajemen dan Anggaran dalam mendorong reformasi struktural besar-besaran serta menciptakan pendekatan kewirausahaan di pemerintahan yang belum pernah ada sebelumnya. Trump menambahkan bahwa langkah ini akan mengguncang sistem pemerintahan yang ada.
Musk, yang memiliki platform media sosial X, berjanji akan mendokumentasikan setiap tindakan departemen ini secara online demi transparansi maksimal. Dia juga mengajak publik untuk memberikan masukan jika ada pengurangan yang kurang penting atau pengeluaran yang tidak perlu.
Israel Klaim Yahya Sinwar Tewas
Orang terkaya di dunia itu sebelumnya telah mendorong pembentukan departemen efisiensi pemerintahan dan dengan gigih mempromosikannya, bahkan memberikan nama akronim untuk departemen ini, yaitu Doge yang merujuk pada meme Shiba Inu dan cryptocurrency Dogecoin yang dipromosikan oleh Musk. Trump mengungkapkan bahwa departemen ini akan melakukan audit keuangan dan kinerja menyeluruh terhadap seluruh pemerintahan federal, serta memberikan rekomendasi untuk reformasi drastis.
Penunjukan Musk ini juga mendapat kritik dari Public Citizen, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mengadvokasi hak konsumen dan menantang kebijakan-kebijakan Trump pada masa jabatan pertamanya. “Musk tidak tahu apa-apa tentang efisiensi pemerintahan dan regulasi, sementara bisnis-bisnisnya sering kali melanggar aturan yang akan dia serang,” kata Lisa Gilbert, salah satu co-president Public Citizen.
Trump sendiri menegaskan bahwa Musk kemungkinan tidak akan memegang posisi penuh waktu di pemerintahan, mengingat kesibukannya yang sangat padat. “Saya rasa saya tidak bisa mendapatkannya sepenuhnya karena dia sedikit sibuk mengirim roket dan semua yang dia lakukan,” ujar Trump di sebuah acara kampanye di Michigan pada September. “Dia bilang pemborosan di negara ini gila. Dan kita akan meminta Elon Musk untuk menjadi pemotong biaya kita”tambahnya.
Berdasarkan laman Al Jazeera terdapat beberapa alasan terpilihnya Elon Musk untuk masuk ke dalam kabinet Donald Trump. Berikut 3 di antaranya:
1. Peran Penting sebagai Donatur Kampanye dan Penyokong Media Sosial
Elon Musk berperan besar dalam mendukung kampanye Trump melalui kontribusi finansial dan pemanfaatan media sosial. Musk memberikan sumbangan besar yang mencapai sekitar USD132 juta untuk Trump dan Partai Republik menjelang pemilu 2024. Ia juga menciptakan PAC (komite aksi politik) khusus bernama America PAC untuk mendukung agenda Trump.
Printer 3D untuk Logam?
Tak hanya itu, Musk meluncurkan kampanye membagikan uang tunai di beberapa negara bagian penting, di mana ia menawarkan hadiah USD1 juta sehari kepada pemilih yang menandatangani petisi mendukung Amandemen Pertama dan Kedua Konstitusi AS. Langkah ini sempat menghadapi tantangan hukum, namun akhirnya diizinkan untuk dilanjutkan setelah pengadilan menerima argumen dari tim hukum Musk.
Musk juga memanfaatkan media sosial X yang dimilikinya, untuk menyebarluaskan pesan-pesan pro-Trump secara masif. Ia mengubah X menjadi tempat bagi kampanye MAGA (Make America Great Again) dengan menghapus kebijakan pengawasan disinformasi, memulihkan akun-akun yang sebelumnya diblokir karena menyebarkan ujaran kebencian, termasuk akun Trump sendiri, serta membagikan konten yang mengkritik lawan politik.
Misalnya, Musk mempromosikan video palsu dari Kamala Harris dengan caption merendahkan, yang sempat menjadi viral dan ditonton oleh jutaan orang. Strategi ini memperkuat persepsi bahwa X telah menjadi saluran komunikasi resmi bagi kubu Trump, dan meningkatkan pengaruh Musk dalam mengendalikan narasi di media sosial.
2. Kedekatan dalam Visi Mengurangi Regulasi Pemerintah
Musk dan Trump memiliki kesamaan visi dalam hal pengurangan regulasi pemerintah, yang menurut mereka dapat membebani pertumbuhan ekonomi dan inovasi. Musk kerap berpendapat bahwa regulasi yang berlebihan menghambat efisiensi dan menyulitkan perusahaan untuk beroperasi secara optimal.
Pandangan ini didukung oleh pengalaman Musk sebagai pengusaha besar yang berurusan dengan berbagai birokrasi pemerintah, terutama sebagai kontraktor utama melalui perusahaan antariksa miliknya, SpaceX. Sebagai contoh, SpaceX telah menjadi mitra penting bagi pemerintah AS dalam proyek-proyek pertahanan, sehingga Musk memiliki pemahaman mendalam tentang berbagai tantangan yang disebabkan oleh peraturan pemerintah.
Trump menilai Musk sebagai kandidat ideal untuk posisi "sekretaris penghematan biaya” di kabinetnya. Dalam peran ini, Musk diharapkan dapat memimpin inisiatif pemotongan biaya besar-besaran dalam pemerintahan dengan menghilangkan birokrasi yang berlebihan, mengurangi regulasi yang dianggap tidak perlu, dan memangkas pengeluaran federal yang dianggap boros. Trump meyakini bahwa Musk akan membawa pendekatan efisiensi berbasis kewirausahaan, yang diharapkan mampu menciptakan perubahan struktural besar pada pemerintahan.
3. Memiliki Pengaruh pada Generasi Muda
Elon Musk berhasil menarik perhatian dan dukungan dari generasi pria muda Amerika dengan memposisikan dirinya sebagai sosok "anti-arus utama" dan “alpha male” yang tidak takut melawan norma sosial. Sikap ini menarik bagi para pria muda yang merasa terpinggirkan oleh gerakan sosial modern seperti #MeToo dan kampanye anti-"toxic masculinity," yang kerap dianggap membatasi atau mengkritik maskulinitas tradisional. Musk mencitrakan dirinya sebagai figur yang menolak tunduk pada aturan atau norma arus utama, yang membuatnya menjadi simbol kebebasan dan ekspresi maskulin tanpa batasan.
Karakteristik ini mencerminkan citra yang juga dimiliki oleh Donald Trump, menjadikan keduanya sosok yang dapat disebut sebagai “pembisik kaum muda” dalam strategi kampanye. Dengan gaya yang tegas, tidak konvensional, dan cenderung memberontak terhadap aturan-aturan yang dianggap mengekang, mereka menginspirasi kelompok pria muda yang mencari tokoh panutan di luar mainstream.
Selain itu, dukungan dari tokoh populer seperti Joe Rogan, yang juga memiliki citra maskulin dan dikenal dengan konten-konten yang disukai pria muda, turut membantu memperkuat citra Musk dan Trump di kalangan audiens ini. Rogan secara terbuka mendukung Musk dan Trump, memperluas basis pemilih muda pria yang sejalan dengan gaya dan pandangan mereka.
Hasilnya, melalui New York Times, survei Harvard menyatakan bahwa sekitar 35 persen pria berusia 18-24 tahun menyatakan dukungan untuk Trump, meningkat lima persen dibandingkan survei 2020.