Eks Jenderal Zionis Klaim Israel Siapkan Kejutan untuk Iran, Bakal Perang Panjang

Eks Jenderal Zionis Klaim Israel Siapkan Kejutan untuk Iran, Bakal Perang Panjang

Global | sindonews | Selasa, 22 Oktober 2024 - 10:42
share

Seorang pensiunan jenderal rezim Zionis mengeklaim Israel sudah menyiapkan beberapa kejutan untuk Iran dengan serangan besar.

Brigadir Jenderal (purn) Amir Avivi, mantan pejabat senior militer Zionis Israel, merinci bahwa apa pun yang menjadi target Israel di Iran tidak akan menjadi serangan satu kali tetapi awal dari perang yang lebih besar dan panjang antara kedua negara.

Israel juga telah menyiapkan beberapa kejutan untuk Iran, katanya dalam wawancara zoom dengan Iran International , yang dilansir Selasa (22/10/2024).

Ketika ditanya apa yang dimaksud dengan kejutan, dia tidak mau menjelaskan lebih lanjut.

Saya tidak bisa menjelaskan secara rinci, tetapi kami telah menyiapkan banyak sekali kejutan yang menarik, imbuh dia.

Serangan ini hanyalah awal dari perang panjang antara Israel dan Iran, lanjut Avivi.

Akan ada serangan besar, tetapi salah satu dari banyak serangan," papar mantan jenderal tersebut.Avivi, teman dekat dan tetangga Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Caesarea, secara rutin dimintai pendapat oleh menteri-menteri utama pemerintah Zionis.

Target serangan balasan Israel terhadap serangan lebih dari 180 rudal balistik Teheran pada 1 Oktober belum diungkapkan, tetapi Avivi mengatakan bahwa apa yang dipilih Israel untuk diserang bukanlah hal yang penting karena itu baru permulaan dan bukan sarana untuk mencapai tujuan.

Dia memperingatkan bahwa tujuan akhir Israel adalah memastikan bahwa Iran tidak menjadi negara berkekuatan nuklir.

Avivi, yang pensiun dari militer Israel tujuh tahun lalu, bertanggung jawab atas audit kesiapan militer dan memegang beberapa peran senior. Dia juga pendiri dan ketua Forum Keamanan dan Pertahanan Israel (IDSF). Organisasinya terdiri dari lebih dari 30.000 mantan tentara dan perwira militer Israel dan berpengaruh dalam politik Israel.

Menurut Avivi, seberapa lama dia mengantisipasi potensi perang antara Iran dan Israel akan berlangsung kemungkinan besar akan bergantung pada hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).

Jika AS memutuskan untuk bergabung dengan Israel dan membangun koalisi serta berurusan dengan militer Iran, apa yang dilakukan Israel dalam satu atau dua minggu dapat dilakukan di Iran dalam beberapa hari jika AS memimpin serangan. Jika AS melanjutkan kebijakan peredaan mereka, Maka Israel harus menghadapi ini sendirian dan ini akan memakan waktu," paparnya.

Dia merasa bahwa kepresidenan Harris akan melanjutkan kebijakan peredaannya terhadap Iran, memaksa Israel untuk sendirian dalam perjuangannya, percaya bahwa pemerintahan Trump akan membantu Israel dalam koalisi militer.

Dia meramalkan aliansi Abrahamik dengan negara-negara Islam Sunni untuk menentang poros Islam Syiah.

Avivi mengatakan istrinya terbangun karena suara serangan pesawat nirawak terhadap kediaman pribadi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di kota pesisir utara Caesarea, Sabtu pagi. Istrinya, seorang pengemudi ambulans, segera pergi ke tempat kejadian dan menemukan kerusakan ringan di rumah tersebut.

Netanyahu dan istrinya, yang sering mengunjungi rumah mereka di tepi pantai pada akhir pekan, tidak berada di rumah saat itu.

Dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke X, Perdana Menteri Israel menyalahkan Iran atas dugaan upaya pembunuhan terhadapnya.

Upaya yang dilakukan oleh proksi Iran, Hizbullah, untuk membunuh saya dan istri saya hari ini adalah kesalahan besar.

Avivi menggambarkan serangan pesawat nirawak tersebut sebagai legitimasi untuk menyerang para pemimpin Iran.

Ketika ditanya apakah itu berarti Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamanei, dia menjawab ya.

Aviv mengatakan Israel melihat peluang di sini, dan berurusan dengan Iran, yang terletak lebih dari 1.000 mil jauhnya, adalah sebuah proses yang akan memakan waktu.

Iran telah menjauhkan diri dari upaya serangan terhadap kediaman Netanyahu dan menuding Hizbullah.

Namun, Mohsen Sazegara, seorang jurnalis dan analis politik, mengatakan kepada Iran International bahwa serangan hari Sabtu itu dilakukan oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), yang telah mengambil alih kendali operasi Hizbullah setelah pembunuhan pemimpinnya, Hassan Nasrallah.

Topik Menarik