Kata Mudik Berasal dari Singkatan Bahasa Jawa, Apa Artinya Sesuai KBBI?

Kata Mudik Berasal dari Singkatan Bahasa Jawa, Apa Artinya Sesuai KBBI?

Gaya Hidup | sindonews | Jum'at, 28 Maret 2025 - 08:15
share

Mudik menjadi tradisi yang menghiasi Hari Raya Idulfitri di Indonesia. Namun tahukah asal usul mudik dan apa artinya berdasarkan Bahasa Jawa dan KBBI.

Laporan terbaru mengenai arus mudik 2025 adalah per hari ini, Jumat (28/3/2025), jumlah kendaraan yang melintas di Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) meningkat 40 persen dibandingkan hari sebelumnya.

Volume kendaraaan sejak pukul 00.00 WIB hingga 09.00 WIB, sebanyak 43.000 kendaraan telah melintasi Gerbang Tol Cikopo dari arah Jakarta menuju Cirebon.

Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo pun mengatakan, puncak arus mudik di Tol Transjawa akan terjadi Jumat malam ini hingga Sabtu, 29 Maret 2025 subuh.

Sementara PT KAI mencatat, sejak 21-27 Maret 2025, PT KAI sudah melayani 1.230.272 penumpang tersebar di wilayah operasional di Jawa dan Sumatera.

Sedangkan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksi puncak arus mudik melalui angkutan Udara atau pesawat kan terjadi pada hari ini, Jumat (28/3/2025).

Jumlah penumpang untuk hari ini diprediksi akan mencapai 750.000 penumpang di seluruh bandara. Khusus di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, jumlah penumpang diperkirakan akan mencapai 222.000 pemudik.

Asal Usul Kata Mudik

Pergerakan masyarakat dari kota ke desa selama lebaran memang menjadi tradisi rutin. Kedatangan sanak saudara yang selama ini merantau memang sangat dinanti oleh kerabat di kampung halaman untuk saling bersilaturahmi dan melepas kangen.

Dikutip dari laman Direktorat SMP Kemendikdasmen, istilah "mudik" berasal dari bahasa Jawa Ngoko "mulih dilik", yang memiliki arti "pulang sebentar".

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik memiliki dua definisi. Pertama, sebagai kata kerja yang berarti berlayar atau pergi ke daerah hulu sungai atau pedalaman. Kedua, sebagai istilah dalam percakapan yang mengacu pada aktivitas pulang ke kampung halaman.

Tradisi mudik mulai populer pada era 1970-an, ketika banyak penduduk yang bekerja di kota-kota besar kembali ke kampung halamannya menjelang hari raya.

Selain sebagai momen kepulangan bagi para perantau, mudik juga memiliki nilai budaya dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat Indonesia.

Dengan kemajuan infrastruktur dan sistem transportasi, tradisi mudik terus berkembang dan menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial ekonomi di Indonesia.

Makna Mudik dalam Berbagai Dimensi

1. Makna Spiritual dan Budaya

Mudik tidak hanya sekadar perjalanan pulang, tetapi juga memiliki makna spiritual dan budaya yang kuat. Bagi banyak orang, mudik menjadi ajang untuk menghormati orang tua dan leluhur. Tradisi ziarah ke makam nenek moyang, yang sering dilakukan oleh masyarakat Jawa, merupakan salah satu bentuk penghormatan ini.

Melalui tradisi mudik, para perantau tidak hanya berkumpul kembali dengan keluarga, tetapi juga melestarikan nilai-nilai budaya dan spiritual yang telah diwariskan turun-temurun.

2. Manfaat Psikologis dari Mudik

Secara psikologis, mudik memberikan manfaat besar bagi para perantau. Kembali ke kampung halaman dan bertemu keluarga dapat memberikan kebahagiaan serta mengurangi stres akibat tekanan hidup di kota besar.

Suasana pedesaan yang lebih tenang dan udara yang lebih segar juga membantu mengurangi kepenatan setelah sekian lama tinggal di lingkungan perkotaan yang padat dan penuh tuntutan.

3. Dimensi Sosial dalam Tradisi Mudik

Mudik juga memiliki peran penting dalam membangun dan mempererat hubungan sosial. Kembalinya perantau ke kampung halaman menjadi kesempatan untuk merajut kembali silaturahmi dengan keluarga besar, tetangga, dan masyarakat sekitar.

Selain itu, pengalaman serta wawasan yang diperoleh selama merantau dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar. Dengan demikian, mudik tidak hanya menjadi ajang reuni keluarga, tetapi juga momen berbagi pengalaman dan membangun solidaritas sosial.

Topik Menarik