Tradisi Ramadhan Novia Bachmid di Kampung Halaman, dari Malam Tuntul hingga Pawai Obor

Tradisi Ramadhan Novia Bachmid di Kampung Halaman, dari Malam Tuntul hingga Pawai Obor

Gaya Hidup | okezone | Kamis, 20 Maret 2025 - 09:36
share

Penyanyi Novia Bachmid kembali ke kampung halamannya di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Dalam wawancara eksklusif bersama Okezone, Novia berbagi pengalaman uniknya menjalani Ramadhan di kampung yang penuh dengan tradisi khas dan kebersamaan yang kental.

Salah satu tradisi yang paling dinantikan oleh masyarakat di kampungnya adalah Malam Tuntul, yang dilakukan tiga malam sebelum Ramadhan, tepat pada malam-malam ganjil.

“Jadi semua orang membuat tempat untuk menaruh lampu di depan rumah. Lampu-lampunya dibuat dari bambu dan sabut kelapa. Jumlah lampu yang dinyalakan sesuai dengan jumlah anggota keluarga di rumah itu. Misalnya di rumahku ada enam orang, jadi kami menyalakan enam lampu,” jelas Novia.

Menariknya, sebelum lampu dinyalakan, setiap anggota keluarga membaca Surah Al-Qadr bersama-sama. Tradisi ini menjadi momen penuh kehangatan yang mempererat ikatan keluarga dan menyambut bulan suci dengan penuh khidmat.

Posko Mengaji dan Pawai Obor

Di Bolaang Mongondow, Ramadhan bukan hanya tentang ibadah individu, tetapi juga kebersamaan dalam komunitas. Setiap dusun mendirikan posko Ramadhan, tempat anak-anak belajar mengaji dan menyelesaikan khataman Alquran.

“Biasanya tiap dusun ada posko Ramadhan yang wajib ada khataman Alquran. Selain itu, ada juga pawai obor di malam sebelum hari raya. Anak-anak akan berkeliling kampung sambil bertakbir,” cerita Novia dengan antusias.

Selain itu, masyarakat setempat juga membuat hiasan lampu besar di tengah lapangan sebagai simbol kemeriahan Ramadhan. Semua ini menciptakan suasana yang begitu berbeda dibandingkan dengan Ramadan di kota besar.

Hidangan Khas Ramadhan

Berbicara tentang makanan khas, Novia menyebut beberapa hidangan yang selalu hadir di meja makan keluarganya saat Ramadhan.

“Di kampung ada sayur yondok dan sayur gedi. Ada juga pisang goroho yang biasanya dimakan dengan sambal. Salah satu makanan yang unik itu mi ojo. Ini mi kuah yang dicampur dengan tahu, telur putih, dan kacang tanah,” katanya.

Menurut Novia, kebiasaan makan di kampungnya memang berbeda dengan di kota. Salah satu contohnya adalah menikmati pisang dengan sambal, sesuatu yang mungkin terdengar asing bagi banyak orang.

Makna Ramadhan

Bagi Novia, Ramadhan adalah momen untuk introspeksi dan meningkatkan ibadah. Ia selalu berusaha memanfaatkan bulan suci ini untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki diri.

 

“Ramadhan itu waktunya kita berlomba-lomba dalam ibadah. Aku selalu berusaha memperbanyak sholat, mengaji, dan menahan diri dari segala sesuatu, termasuk belanja. Karena, puasa itu bukan cuma menahan lapar, tapi juga belajar untuk lebih sabar dan menahan hawa nafsu,” ungkapnya.

Ia juga merasa bahwa Ramadhan di kampung lebih terasa dibandingkan di Jakarta, di mana kehidupan berjalan seperti biasa dengan kesibukan pekerjaan yang tak kunjung berhenti.

“Di kampung, suasana Ramadhan lebih terasa. Semua orang fokus ibadah dan kebersamaannya lebih erat. Tidak seperti di kota, yang semuanya berjalan normal saja,” tambahnya.

Tahun ini, Novia akan menghabiskan Idul Fitri bersama keluarganya di kampung halaman. Ia pun sudah mempersiapkan liburan panjang untuk menikmati momen kebersamaan yang jarang didapatkan saat berada di kota.

“Aku pulang dari tanggal 24, lumayan panjang liburnya. Harus dong! Harus minta libur,” candanya.

Ramadhan memang selalu menjadi momen yang spesial, terutama ketika dirayakan bersama keluarga dan masyarakat yang memiliki tradisi unik. Bagi Novia Bachmid, Ramadan di kampung adalah pengalaman yang tak tergantikan, penuh kehangatan, kebersamaan, dan keberkahan.

Topik Menarik