Alasan Raja Charles III Menikahi Putri Diana Meski Mencintai Ratu Camilla

Alasan Raja Charles III Menikahi Putri Diana Meski Mencintai Ratu Camilla

Gaya Hidup | sindonews | Kamis, 13 Maret 2025 - 21:30
share

Raja Charles III menikahi Putri Diana pada 1981 meskipun hatinya mencintai Ratu Camilla. Keputusan ini bukan semata-mata karena keinginannya sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Termasuk tekanan dari Keluarga Kerajaan dan pertimbangan keberlanjutan kerajaan. Menurut berbagai pakar kerajaan, salah satu alasan utama pernikahan ini adalah kebutuhan akan seorang pewaris takhta yang sah, sesuatu yang dianggap lebih mungkin terjadi jika Raja Charles III menikahi Putri Diana yang saat itu masih sangat muda dibandingkan dengan Ratu Camilla.

Dilansir dari She Finds, Jumat (14/3/2025), Angela Levin, penulis Camilla: From Outcast to Future Queen Consort, mengungkapkan bahwa Elizabeth, Ibu Suri, bersama dengan nenek Diana, Lady Fermoy, memiliki peran besar dalam menjodohkan keduanya.

Pada saat itu, Charles yang sudah menginjak usia 30-an menghadapi tekanan besar untuk segera menikah dan memiliki keturunan. Diana, yang berasal dari keluarga aristokrat Spencer dan masih berusia 19 tahun ketika bertunangan, dianggap sebagai calon istri yang sempurna untuk calon raja, baik dari segi keturunan maupun kesanggupan untuk melahirkan ahli waris.

Foto/Getty Images

Sally Bedell Smith, penulis Prince Charles: The Passions and Paradoxes of an Improbable Life, menyoroti bahwa usia dan status sosial menjadi faktor utama yang menghambat hubungan Charles dengan Camilla. Pada saat Charles masih muda dan belum siap menikah, Camilla telah menjalin hubungan dengan Andrew Parker Bowles dan akhirnya menikah dengannya pada 1973.

Selain itu, penulis The Duchess: Camilla Parker Bowles and the Love Affair That Rocked the Crown, Penny Junor, mengungkapkan bahwa Keluarga Kerajaan tidak menganggap Camilla sebagai sosok yang cocok untuk menjadi istri calon raja.

Camilla dipandang sebagai wanita yang berpengalaman dan tidak cukup aristokrat untuk menjadi putri atau ratu di masa depan, sebuah pandangan yang sangat berpengaruh dalam keputusan Keluarga Kerajaan saat itu.

Selain faktor internal kerajaan, keluarga Camilla sendiri juga disebut-sebut tidak mendukung hubungan putrinya dengan Charles. Bahkan, ada dugaan bahwa keluarga Camilla memainkan peran dalam mempercepat pernikahannya dengan Andrew Parker Bowles dengan memasang pengumuman pertunangan palsu di surat kabar The Times, yang akhirnya memaksa Andrew untuk benar-benar melamarnya.

Jika bukan karena manuver tersebut, mungkin hubungan Charles dan Camilla akan berbeda jalannya. Namun, meskipun pernikahan Charles dan Diana telah berlangsung dengan segala pertimbangan strategis, hubungan mereka tidak berjalan bahagia.

Sang Putri Wales sendiri mengaku bahwa hari pernikahannya adalah hari terburuk dalam hidupnya dan sempat ragu sebelum akhirnya melangkah ke altar. Hubungan yang tidak harmonis dan kehadiran Camilla dalam kehidupan Charles terus menjadi duri dalam pernikahan mereka, yang akhirnya berujung pada perceraian di 1996.

Setelah bertahun-tahun, raja 76 tahun itu akhirnya menikahi Camilla pada 2005, meskipun dikabarkan bahwa kedua putranya, Pangeran William dan Pangeran Harry, sempat meminta ayah mereka untuk tidak melakukannya.

Kisah pernikahan Charles dan Diana, yang berakar pada tekanan sosial dan kepentingan monarki, menjadi salah satu drama terbesar dalam sejarah Kerajaan Inggris. Ini menunjukkan bagaimana aturan dan tradisi dalam Keluarga Kerajaan sering kali mengorbankan perasaan pribadi demi kepentingan institusi yang lebih besar.

Topik Menarik