Legenda Rendang dari Pariaman, Pertahankan Rasa Otentik tapi Tetap Mengikuti Zaman

Legenda Rendang dari Pariaman, Pertahankan Rasa Otentik tapi Tetap Mengikuti Zaman

Gaya Hidup | okezone | Rabu, 5 Maret 2025 - 16:28
share

Rendang adalah salah satu kuliner khas Indonesia yang cita rasanya mendunia. Makanan khas Sumatera Barat ini sudah diakui kelezatan dan keunikan cara pengolahannya. Tak ayal, rendang jadi salah satu daya tarik wisata kuliner Tanah Air.

Dilansir jurnal 'Relevansi Makanan Rendang dengan Filosofi Merantau Orang Minangkabau', rendang telah disinggung dalam sebuah karya sastra Melayu klasik, tepatnya dalam hikayat Amir Hamzah.

Amir Hamzah menyebut bahwa rendang adalah makanan yang sudah familier sejak tahun 1550-an. Hikayat tersebut juga menunjukkan bahwa pedagang Minang saat itu telah menjadikan rendang sebagai komoditas utama perdagangan. Namun, kala itu rendang bukan berasal dari daging sapi, melainkan daging kambing.

Dikarenakan rendang sangat terkenal dan digemari, maka makanan tersebut dibawa para pedagang saat melakukan ekspansi dagang ke Malaka. Perjalanan ke Malaka ketika itu terbilang sangat panjang, membutuhkan waktu lama. Rendang dijadikan kudapan pedagang karena tahan lama. Apalagi, rendang yang dibawa adalah rendang kering yang memang tergolong awet.

Pertahankan Rasa Otentik

Salah satu resep rendang yang bertahan hingga kini adalah Randang Amak yang ada sejak tahun 1990-an. Legenda rendang dari Pariaman ini mempertahankan resep turun-temurun dan menggunakan bahan baku asli dari Sumatra Barat.

Penerus usaha Randang Amak, Ilham Razi mengatakan usaha keluarganya dari usaha warung makan Padang yang dikelola orang tua. Randang Amak menjaga keaslian rempah dan proses memasak tradisional.

“Saya yakin masyarakat Indonesia akan menyukai cita rasa asli ini, dan inilah yang mendorong saya untuk membawa Randang Amak ke seluruh Indonesia, bahkan dunia,” ujar Ilham Razi, dikutip Rabu (5/3/2025).

Produksi Tradisional, Teknologi Modern

Saat ini, produksi Randang Amak berpusat di Padang Pariaman, Sumatra Barat, sementara kantor manajemennya berada di Tangerang. Proses memasak tetap dilakukan secara tradisional oleh masyarakat setempat dengan menggunakan bahan-bahan alami, termasuk rempah, daging, bumbu, dan santan khas kampung. Untuk mempertahankan cita rasa autentik, rendang ini dimasak dengan kayu bakar.

Meski dibuat secara tradisional, Randang Amak mengadopsi teknologi modern dalam pengemasan. Dengan penggunaan mesin sterilisasi canggih, produk ini bisa bertahan hingga satu tahun tanpa bahan pengawet.

 

“Kami ingin menghadirkan rendang yang tetap autentik namun bisa dinikmati lebih lama tanpa kehilangan rasa aslinya,” tambah Ilham Razi.

Randang Amak menawarkan berbagai pilihan menu khas Minang, di antaranya rendang daging sapi, rendang jengkol, dendeng kering balado, dan dendeng basah balado.

Mengikuti perkembangan zaman, Randang Amak merambah ke marketplace ternama di Indonesia. Hal itu dilakukan karena tantangan terbesar yang dihadapi Randang Amak saat ini adalah distribusi. Mengingat produksi berada di pedesaan, permintaan yang semakin meningkat sempat menimbulkan kendala pengiriman.

“Kami berharap semakin banyak masyarakat yang menikmati Randang Amak, dan dengan meningkatnya permintaan, kami juga ingin bisa membantu lebih banyak orang, baik dari sisi produksi maupun distribusi,” kata Ilham Razi.

Topik Menarik