Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad: Menggali Makna di Balik Mukjizat Agung

Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad: Menggali Makna di Balik Mukjizat Agung

Gaya Hidup | inews | Jum'at, 17 Januari 2025 - 17:12
share

JAKARTA, iNews.id - Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad adalah perjalanan luar biasa yang terjadi pada malam 27 Rajab, di mana Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa dan kemudian naik ke langit tertinggi, Sidratul Muntaha. Peristiwa ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga merupakan momen spiritual yang mendalam, di mana beliau menerima perintah untuk melaksanakan shalat lima waktu. 

Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad bertemu dengan para nabi terdahulu dan menyaksikan berbagai tanda kebesaran Allah. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an dan menjadi salah satu mukjizat terpenting dalam sejarah Islam, menegaskan ketaatan dan kedisiplinan dalam menjalani ibadah bagi umat Muslim.

Dilansir iNews.id dari berbagai sumber, berikut kisah Isra Miraj Nabi Muhammad yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua:

Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad

Peristiwa Isrâ dan Mi’râj adalah salah satu mukjizat luar biasa yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mukjizat ini terjadi sebagai bentuk penghormatan dan pelipur lara setelah beliau mengalami kehilangan paman dan istri tercintanya, serta sebagai penghibur setelah perlakuan tidak bersahabat yang beliau terima dari penduduk Thâif.

Waktu Terjadinya

Peristiwa ini terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Meskipun para ulama berselisih pendapat mengenai waktu pastinya, tidak ada keraguan mengenai kebenaran peristiwa ini. 

Allah Azza wa Jalla mengabadikannya dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan peristiwa ini di dua tempat:

Al-Isrâ’ (17:1):

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ

Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. [al-Isra’/17:1]


An-Najm (53:13-18):

وَلَقَدْ رَاٰهُ نَزْلَةً اُخْرٰىۙ ١٣ عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى ١٤ عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰىۗ ١٥اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ ١٦ مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى ١٧ لَقَدْ رَاٰى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى

Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha... Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar. [an-Najm/53:13-18]

Rangkaian Peristiwa

1. Pembelahan Dada Nabi Muhammad

Setelah melaksanakan shalat ‘Isyâ` pada malam yang penuh berkah tersebut, Malaikat Jibril Alaihissallam mendatangi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk membedah dada beliau. 

Proses ini bertujuan untuk membersihkan hati dan jiwa Nabi dengan air Zamzam, serta menuangkan hikmah dan iman ke dalam dada beliau dari bejana emas. Setelah itu, Jibril menutup kembali dada Nabi dan membawanya naik ke langit. (Lihat Imam al-Bukhâri/al-Fath, 17/284, no. 4709, 4710 dan 15-43-70, no. 3886, 3888, juga 18/242, no. 4856, 4858).

2. Isra

Dari Anas Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ (وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ. يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ) قَالَ، فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ. قَالَ، فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الأَنْبِيَاءُ. ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ. ثُمَّ خَرَجْتُ. فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ، وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ. فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ. فَقَالَ جِبْرِيلُ: اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ.

“Aku diberi Buraq, yaitu seekor hewan putih yang lebih besar dari himar dan lebih kecil dari keledai. Aku mengendarainya. Dia membawaku hingga sampai ke Baitul-Maqdis. Lalu aku mengikatnya di tempat para nabi menambatkan. Aku masuk ke Baitul-Maqdis dan shalat dua raka’at. Setelah itu aku keluar. Malaikat Jibril menghampiriku dengan membawa satu wadah berisi khamr dan satu wadah berisi susu. Aku memilih susu. Malaikat Jibril Alaihissallam berkata: ‘Engkau telah (memilih) sesuai dengan fithrah,’ setelah itu, ia membawaku naik ke langit” [HR Imam Ahmad dalam al-Fathur-Rabbâni, 20/251-252 dan sanadnya shahîh. Imam al-Bukhâri dalam al-Fath, 21/176, no. 5576. Imam Muslim, 1/145 no. 162. Lihat juga Imam al-Bukhâri dalam al-Fath, 21/176, no. 5610].


3. Miraj

Setelah Isrâ’, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dibawa naik ke langit melalui beberapa lapisan langit. Di setiap langit, Jibril meminta agar pintu langit dibuka dan memperkenalkan Nabi Muhammad. 

Di langit pertama, beliau bertemu dengan Nabi Adam Alaihissallam; di langit kedua dengan Nabi Isa Alaihissallam dan Yahya Alaihissallam; di langit ketiga dengan Nabi Yusuf Alaihissallam; di langit keempat dengan Nabi Idris Alaihissallam; di langit kelima dengan Nabi Harun Alaihissallam; di langit keenam dengan Nabi Musa Alaihissallam; dan di langit ketujuh dengan Nabi Ibrahim Alaihissallam yang sedang bersandar pada Baitul-Ma’mur.

Di Sidratul Muntaha, Allah Azza wa Jalla mewajibkan shalat lima puluh kali sehari semalam kepada umat Islam. 

Namun, saat kembali dari mi’râj, Nabi 
Musa Alaihissallahu ‘alaihi wa sallam meminta agar Rasulullah meminta keringanan kepada Allah. Setelah beberapa kali permohonan, kewajiban shalat tersebut akhirnya diringankan menjadi lima kali sehari semalam.

Sikap Orang Quraisy

Setelah peristiwa ini terjadi, pada pagi harinya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa cemas karena khawatir dianggap berdusta oleh kaumnya. Abu Jahl menghampiri beliau dan meminta untuk menceritakan apa yang terjadi.

Ketika Rasulullah menceritakan pengalamannya tentang Isrâ’ dan Mi’râj, banyak orang Quraisy yang terheran-heran.
Beberapa orang Quraisy yang pernah melihat Masjidil Aqsa meminta Rasulullah untuk menggambarkan masjid tersebut, dan Allah mengangkat gambaran masjid itu sehingga Rasulullah dapat menjelaskannya secara akurat. 

Meskipun ada yang mengingkari perjalanan tersebut karena dianggap mustahil dalam waktu semalam, Abu Bakr Radhiyallahu anhu langsung mempercayainya tanpa ragu.

Perbedaan Pendapat Ulama

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai apakah Isrâ’ dan Mi’râj terjadi dalam mimpi atau secara fisik. Sebagian ulama berpendapat bahwa peristiwa tersebut hanya terjadi dalam mimpi, sementara mayoritas ulama salaf dan muta’akhhirîn meyakini bahwa Isrâ’ dan Mi’râj terjadi dengan jasad dan ruh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ibnu Hajar menyatakan bahwa Isrâ’ dan Mi’râj terjadi dalam satu malam dengan jasad dan fisik Rasulullah dalam keadaan sadar setelah beliau diangkat menjadi nabi. 

Pendapat ini didukung oleh banyak hadits sahih.

Pelajaran Dari Kisah Isra dan Miraj

  • Keshahihan Peristiwa: Riwayat Isrâ’ dan Mi’râj disepakati keshahihannya oleh ulama hadits.
  • Penguatan Spirit: Peristiwa ini memberikan semangat kepada Rasulullah setelah berbagai ujian.
  • Kedudukan Masjidil Aqsa: Penyebutan Masjidilharam, Masjidil Aqsa, dan Mi’râj menunjukkan tingginya kedudukan Masjidil Aqsa.
  • Pilihan Susu: Pilihan susu oleh Rasulullah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia.
  • Persatuan Para Nabi: Pertemuan para nabi menunjukkan bahwa mereka saling membenarkan satu sama lain.
  • Kewajiban Shalat: Kewajiban shalat lima waktu merupakan salah satu rukun Islam yang sangat penting.

Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad adalah momen yang sangat istimewa dalam sejarah Islam, menandai perjalanan spiritual yang penuh makna dan keajaiban. Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang tak terbatas, tetapi juga mempertegas kedudukan Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir.

Topik Menarik