Misteri Keris Naga Runting, Pusaka Sakti Milik Prabu Siliwangi Penguasa Kerajaan Pajajaran

Misteri Keris Naga Runting, Pusaka Sakti Milik Prabu Siliwangi Penguasa Kerajaan Pajajaran

Gaya Hidup | BuddyKu | Senin, 23 Januari 2023 - 09:08
share

Kerajaan Pajajaran, begitu kesohor saat dipimpin Prabu Siliwangi, pada tahun 1482-1521 Masehi. Kesaktian yang dimiliki Prabu Siliwangi, tiada tanding. Dia juga disebut memiliki senjata sakti, keris Nogo Runting.

Keris sakti Nogo Runting milik penguasa Pajajaran ini, memiliki gagang berupa kepala naga. Keris Nogo Runting disebut Naga Runting Mata Emas lantaran di dalamnya terdapat mata logam emas pada lidah naga sebagai maskot pada keris tersebut.

Senjata sakti tersebut, dibuat oleh Mpu Anjani dan Mpu Welang, yang merupakan empu kepercayaan Kerajaan Pajajaran. Tak main-main, kedua empu itu membuat keris yang berasal dari paku bumi. Material itu diperoleh Prabu Siliwangi saat bertapa brata di kaki bukit Gunung Salak.

Untuk memperoleh material tersebut, dikisahkan, Prabu Siliwangi harus mengalahkan makhluk penunggu wilayah Gunung Salak. Makhluk penunggu itu berbentuk ular besar, ada pula yang menyebutkan sesosok makhluk berbentuk naga.

Prabu Siliwangi disebut-sebut dalam banyak cerita rakyat, mampu mengalahkan makhluk tersebut dengan serangan kesaktian jurus macan putih yang dimilikinya. Sang naga akhirnya memberikan mustikanya yang berbentuk paku berbahan emas.

Setelah melewati beberapa proses, paku emas itu berubah menjadi sepucuk keris berbentuk naga dan memiliki lekuk atau Luk 13. Yang kemudian disempurnakan oleh empu kepercayaan kerajaan.

Untuk memenuhi keinginan Prabu Siliwangi, kedua empu tersebut melakukan puasa selama 40 hari 40 malam. Hal ini bertujuan agar keris yang dibuat memiliki karomah yang luar biasa dari Sang Pencipta.

Atas keberhasilannya membuat keris sakti, Mpu Anjani dan Mpu Welang diberi hadiah oleh Prabu Siliwangi berupa sebidang tanah di wilayah Kerajaan Pajajaran. Tak hanya itu, Mpu Anjani juga dijadikan sebagai ahli senjata kerajaan.

Banyak orang meyakini, keris sakti Nogo Runting tersebut masih dipegang oleh Prabu Siliwangi. Masyarakat sekitar kaki Gunung Salak, juga percaya Prabu Siliwangi sesekali muncul di lingkungan sekitar petilasan dekat Gunung Salak.

Taufiq El Jaquene, dalam bukunya "Hitam Putih Kerajaan Pajajaran: dari Kejayaan hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran", menyebutkan, Prabu Siliwangi bernama lengkap Prabu Dewantaprana Sri Baduga Maharaja, merupakan putra Prabu Dewa Niskala, yang lahir pada tahun 1401 Masehi di Kawali, Ciamis, Jawa Barat.

Sri Baduga Maharaja mengawali kariernya saat memerintah sebagai raja pada 1482 Masehi. Di bawah naungan Sri Baduga Maharaja inilah, Kerajaan Pajajaran mengalami puncak perkembangan yang pesat.

Pada catatan carita puisi dan Prasasti Batutulis menyatakan, Sri Baduga Maharaja dinobatkan sebanyak dua kali menjadi raja. Pertama ketika Jayadewata mendapat mandat untuk memegang Kerajaan Galuh di Kawali, Ciamis, dari sang ayah Prabu Dewa Niskala, putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari permaisuri Mayangsari, putri Prabu Bunisora dengan gelar Dewataprana.

Kedua, Sri Baduga Maharaja menerima mandat Kerajaan Sunda di Pakuan Bogor dari mertuanya bernama Prabu Susuktunggal, putra Mahaprabu Niskala Wastu Kancana dari permaisuri Ratna Sarkati putri Resi Susuk Lampung.

Dengan kejadian ini, Prabu Siliwangi menjadi satu-satunya raja yang mendapat rekomendasi dari dua kerajaan, yakni Kerajaan Sunda dan Galuh. Dalam hal ini ia dinobatkan sebagai Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Atas hal ini, masyarakat Sunda sudah 149 tahun, kembali mampu menyaksikan proses iring-iringan rombongan raja berpindah dari timur ke barat.

Saat memerintah inilah Sri Baduga Maharaja memiliki gelar Prabu Siliwangi. Gelar ini berasal dua kata \'silih\' dan \'wewangi\', silih artinya pengganti, dan wewangi artinya harum atau wangi. Sehingga nama Prabu Siliwangi bisa dimaknai dengan Pengganti Prabu Wangi.

Prabu Siliwangi merupakan seroang raja yang mampu memberikan harum pemerintahan Kerajaan Pajajaran. Selain itu, Siliwangi juga raja yang mampu menjadikan rakyat makmur sentosa atas prestasi seorang raja. Keterangan ini sesuai dengan yang ditemukannya sebuah candi yang dibangun untuk menghormati Prabu Siliwangi di Pura Parahyangan Agung Jagatkarta, Bogor, Jawa Barat.

Di masyarakat Sunda, Sri Baduga Maharaja lebih dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi. Penyebutan nama Prabu Siliwangi sudah tercatat dalam Kropak 630, sebagai lakon pantun. Naskah ini ditulis pada 1518 Masehi, saat Sri Baduga Maharaja masih memimpin Kerajaan Pajajaran.

Namun ada versi lain yang menyebut, bahwa Prabu Siliwangi hanyalah gelar raja yang tak hanya diberikan kepada Sri Baduga Maharaja saja. Kakeknya Niskala Wastu Kancana yang sempat menjadi raja juga diberi gelar Prabu Siliwangi.

Nama Siliwangi sendiri merupakan gelar seorang raja yang benar-benar memiliki pengaruh besar dalam memimpin masyarakat Sunda. Dalam bukunya, Fery Taufiq El Jaquene juga menyebutkan, Kerajaan Pajajaran merupakan penyatuan dua kerajaan besar di Sunda kala itu.

Dua kerajaan yakni Kerajaan Sunda dan Galuh disatukan oleh Prabu Siliwangi. Sebelum menjadi Kerajan Pajajaran, kerajaan ini berpisah dan bergabung dalam kurun waktu tertentu. Sesuai perhitungan Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh telah tiga kali disatukan.

Penyatuan Kerajaan Galuh dan Sunda, pertama kali terjadi pada 723 Masehi oleh Raja Sanjaya. Pada tahun 759 Masehi kedua kerajaan ini kembali terpecah. Raja Banga Sanghyang Banga memerdekakan kembali Kerajaan Sunda dari kekuasaan Galuh.

Kedua Rakryan Wuwus menjadi Raja Sunda bergelar Prabu Gajah Kulon, pada tahun 819 Masehi. Di bawah kekuasaannya Prabu Gajah Kulon inilah Kerajaan Sunda dan Galuh, kembali dalam satu pemerintahan.

Tetapi pada 1382 Masehi, saat Wastukancana menjabat sebagai raja memiliki kehendak membagi kekuasaan kepada kedua putranya. Akhirnya dua kerajaan ini kembali terpecah. Namun naik tahtanya, Prabu Siliwangi pada 1482 Masehi menjadi raja di tanah Sunda membuat dua kerajaan ini mampu bersatu kembali.

Prabu Siliwangi juga disebut berhasil meluaskan kekuasaan, dan merebut beberapa wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Daerah seperti Lampung yang sebelumnya menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit berhasil direbut. Di tangan Prabu Siliwangi inilah Kerajaan Sunda Galuh yang berubah nama menjadi Kerajaan Pajajaran.

Saat berdiri Kerajaan Pajajaran ini tak terpaku pada etnis suku Sunda saja. Hal ini berbeda saat masa dua kerajaan yakni Kerajaan Galuh dan Sunda, yang menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Pajajaran.

(eyt)

Topik Menarik