Kenapa Orang Dayak Memanjangkan Telinga? Simak Jawaban dan Filosofinya
JAKARTA, iNews.id - Kenapa orang Dayak memanjangkan telinga? Pertanyaan itu kerap dilontarkan masyarakat awam.
Sebab, tak jarang ditemui laki-laki maupun perempuan Suku Dayak memiliki telinga yang panjang. Ternyata, itu merupakan tradisi yang sudah dilakukan masyarakat Dayak secara turun-temurun.
Jawaban Kenapa Orang Dayak Memanjangkan Telinga
Dilansir dari berbagai sumber, Jumat (16/12/2022), tradisi memanjangkan telinga yang kerap dilakukan masyarakat Dayak disebut Telingaan Aruu. Pemberat atau logam berbentuk lingkaran seperti gelang yang disebut Belaong digunakan untuk memanjangkan telinga mereka.
Tradisi dilakukan sejak masyarakat Dayak masih bayi, dimulai dengan menindik telinga. Setelah luka kering, telinga sang bayi akan dipasangi benang dan berangsur-angsur digantikan oleh kayu sehingga lubangnya membesar.
Orang Dayak biasa menyebut proses penindikan tersebut dengan istilah Mucuk Penikng. Anting kemudian ditambahkan satu per satu ke telinga sang bayi yang kian hari memperbesar dan memanjangkan telinga.
Akan tetapi, tradisi ini tak dilakukan seluruh Suku Dayak yang mendiami Kalimantan. Hanya kelompok masyarakat Dayak yang melakukannya seperti Dayak Kenyah, Dayak Kayaan, hingga Dayak Punan.
Lantas kenapa orang Dayak memanjangkan telinga? Ternyata tradisi tersebut memiliki tujuan.
Bagi masyarakat Dayak Kayan, tradisi pemanjangan telinga dianggap sebagai identitas kebangsawanan. Selain itu, telinga yang panjang juga dimaksudkan sebagai pembeda bagi masyarakat perempuan.
Sementara sebagian besar masyarakat Dayak berpandangan telinga panjang dapat melatih kesabaran. Sebab, mereka mesti menahan beban berat akibat askesoris yang terpasang di telinga.
Selain itu, telinga yang panjang juga merupakan simbol status sosial perempuan Suku Dayak. Diyakini, perempuan Dayak akan semakin terlihat cantik saat seiring panjangnya telinga mereka.
Itulah penjelasan mengenai jawaban kenapa orang Dayak memanjangkan telinga berikut filosofinya. Tak dilakukan sembarangan, ternyata tradisi pemanjangan telinga Suku Dayak memiliki filosofi tersendiri.