Mengenal Tes Kepribadian MBTI Lebih Dalam, Apa Manfaatnya?

Mengenal Tes Kepribadian MBTI Lebih Dalam, Apa Manfaatnya?

Gaya Hidup | koran-jakarta.com | Kamis, 15 Desember 2022 - 10:37
share

Sejak versi komersialnya pertama kali keluar pada 1977, MBTI yang merupakan kepanjangan dari Myers-Briggs Type Indicator telah menjadi tes kepribadian yang paling populer saat ini usai diperbarui pada 2018.

Melansir Mind Body Green, MBTI adalah penilaian kepribadian yang mengelompokkan orang ke dalam salah satu dari 16 kategori, yakni ESTJ, ENTJ, ESFJ, ENFJ, ESTP, ESFP, ENTP, ENFP, ISTP, ISFP, INTP, INFP, ISTJ, ISFJ, INTJ, dan INFJ.

MBTI pertama kali terinspirasi oleh karya Jung berjudul Psychological Type yang diterbitkan pada 1921.

Melalui bukunya, Jung pertama kali memperkenalkan kerangka terapeutiknya untuk memahami cara orang membuat keputusan dan mengumpulkan informasi dan secara umum, bagaimana mereka memikirkan berbagai hal secara internal.

Idenya kemudian diambil oleh Katharine Cook Briggs dan kemudian dikembangkan Isabel Briggs Myers.

"Isabel mengembangkan versi pertama MBTI, jadi itu sebabnya disebut Myers-Briggs Type Indicator, karena Isabel dan ibunya yang berada di belakangnya," jelas John Hackston selaku Head of Thought Leadership di The Myers-Briggs Company.

Untuk melakukan kategorisasi kepribadian, MBTI mengajukan pertanyaan berdasarkan empat kategori preferensi: ekstrovert versus introvert, penginderaan versus intuisi, pemikiran versus perasaan, dan penilaian versus persepsi.

Pakar kepribadian dan penulis Neuroscience of Personality, Dario Nardi menuturkan "preferensi" adalah kunci MBTI.

"Seperti, apa yang kamu suka lakukan dalam berbagai situasi? Misalnya, seseorang yang introvert biasanya lebih suka menghabiskan waktu sendirian, tetapi itu tidak berarti mereka tidak pernah menikmati kebersamaan dengan orang lain," ujar Nardi.

Berikut adalah rincian dari masing-masing kategori tersebut:

1. Ekstroversi (E) - Introversi (I)

Melansir MBG, ekstrovert versus introvert mengacu pada bagaimana seseorang mendapatkan energi. Ekstrovert umumnya merasa berenergi dengan menghabiskan waktu bersama orang lain, sedangkan introvert lebih memilih untuk mengisi ulang sendiri.

2. Penginderaan arau Sensing (S) - Intuisi atau Intuition (N)

Penginderaan atau sensing versus intuisi adalah tentang proses berpikir dan bagaimana seseorang mengumpulkan informasi.

"Saya menganggap penginderaan sebagai pengumpulan informasi melalui indera fisik di sini dan sekarang dan umumnya lebih didasarkan pada kepraktisan. Intuisi adalah pengumpulan informasi dari perspektif \'gambaran besar\' yang lebih luas, membuat hubungan antara pola yang mungkin tidak semudah itu dilihat dari tampilan saat ini yang spesifik," ujar Kristina Hallett, seorang psikolog klinis bersertifikat dengan latar belakang neurology.

3. Berpikir atau Thinking (T) - Merasa atau Feeling (F)

Berpikir versus perasaan adalah tentang bagaimana cara seseorang membuat keputusan. Singkatnya kategori ini layaknya persaingan antara "kepala versus hati".

Mereka yang memiliki preferensi perasaan lebih suka mengikuti nilai, emosi, dan hubungan mereka, sementara mereka yang lebih suka berpikir membuat keputusan berdasarkan logika dan fakta.

4. Menilai atau Judging (J) - Mempersepsi atau Perceiving (P)

Terakhir, menilai versus mengamati berkaitan dengan pendekatan yang seseorang ambil dalam hidup, terutama ketika merencanakan hal-hal yang akan datang.

Seseorang dengan preferensi untuk menilai akan merasa didukung dan aman dengan bantuan hal-hal seperti jadwal, struktur, dan ekspektasi yang jelas.

Sementara itu, mereka dengan preferensi untuk mempresepsi menyukai fleksibilitas dan spontanitas, dan mungkin sebenarnya dimatikan oleh terlalu banyak struktur dan rutinitas.

Penelitian tentang MBTI

kepopuleran MBTI juga tak lepas dari kritik. Selain hasil penelitian yang beragam dalam hal reliabilitas penilaian, MBTI dikritik karena membuat banyak orang merasa \'dikotak-kotakkan\' oleh hasilnya, terlebih hasil penilaian setiap orang bisa berubah sewaktu-waktu.

Dalam sebuah makalah tahun 1993 berjudul "Measuring the MBTI and Coming Up Short" seperti dilansir dari Mind Body Green (MBG) , profesor psikologi David Pittenger menilai MBTI berusaha memaksa kompleksitas kepribadian manusia ke dalam skema klasifikasi yang artifisial dan cenderung membatasi potensi unik dari setiap individu.

"MBTI mengingatkan kita pada kebenaran yang jelas bahwa semua orang tidak sama, tetapi kemudian mengklaim bahwa setiap orang dapat dimasukkan dengan rapi ke dalam salah satu dari 16 kotak," tulisnya.

Menjawab kritikan tersebut, Hackston menekankan bahwa preferensi atau tipe kepribadian seseorang tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk keluar dari preferensi tersebut dan mengadopsi pilihan lain.

Hackston menyampaikan bahwa hasil penilaian kepribadian MBTI dimaksudkan sebagai "batu loncatan" bagi seseorang untuk memahami preferensi mereka dan membuka peluang untuk secara aktif mengubah suatu karakter ketika situasi membutuhkannya.

Perlu juga dicatat bahwa beberapa penelitian untuk mendukung validitas MBTI didanai oleh perusahaan yang menjual materi penilaian dan tindak lanjut, mempertanyakan konflik kepentingan.

Tetapi beberapa penelitian memang menemukan MBTI sebagai ukuran kepribadian yang baik. Dalam studi tahun 20021 yang diterbitkan dalam jurnal Educational and Psychological Measurement , penulis menulis "MBTI dan skalanya menghasilkan skor dengan konsistensi internal yang kuat dan reliabilitas."

Topik Menarik