Tata Cara Shalat Berjamaah dengan Adab yang Benar untuk Imam dan Makmum
JAKARTA, iNews.id - Tata cara shalat berjamaah dengan adab yang benar penting untuk diketahui dan diamalkan setiap muslim. Adab ini tidak hanya untuk imam sholat saja melainkan juga untuk makmum atau jamaah.
Anjuran untuk menjalankan ibadah shalat berjamaah khususnya di masjid sebenarnya telah ditegaskan Allah SWT melalui surat At-Taubah ayat 18. Allah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. At-Taubah: 18).
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, shalat berjamaah lebih afdhal (utama) daripada shalat sendirian. Jumhur ulama mengatakan, hukum shalat berjamaah adalah fardhu kifayah. Agar shalat berjamaah bernilai di sisi Allah, ada baiknya seorang imam maupun makmum mengetahui adab-adabnya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari disebutkan:
Jika waktu shalat telah tiba, hendaklah salah seorang di antara kalian mengumandangkan adzan dan hendaklah yang paling banyak hafalan Al-Qur\'an nya di antara kalian mengimami kalian.
Berikut tata cara shalat berjamaah dengan adab yang benar untuk imam dan makmum yang dilansir iNews.id dari Bincang Syariah yang bersumber dari Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali, Selasa (19/7/2022).
12 Adab dan Tata Cara Shalat Berjamaah yang Benar:
1. Seorang imam hendaknya meringankan shalat. Anas bin Malik berkata: Aku tidak melakukan sholat di belakang seorang pun yang lebih ringan dan lebih sempurna sholatnya daripada sholat Rasulullah SAW.
2. Seorang imam tidak bertakbir sebelum dikumandangkannya iqamah.
3. Imam hendaknya memerintahkan jamaah untuk meluruskan dan merapatkan barisan (shaf) sebelum shalat dimulai.
4. Imam meninggikan suara ketika bertakbir (takbiratul ihram), sementara makmum tidak meninggikan suara kecuali sebatas yang dapat didengar sendiri.
5. Imam harus berniat menjadi imam guna memperoleh keutamaan. Jika imam tidak berniat, shalat para jamaah tetap sah apabila mereka telah berniat mengikutinya. Jamaah tetap memperoleh pahala bermakmum.
6. Imam hendaknya tidak menyaringkan bacaan iftitah dan ta\'awudz. Tetapi menyaringkan bacaan Al-Fatihah dan surat sesudahnya dalam sholat-sholat Jahar (Subuh, Maghrib dan Isya.
7. Dalam sholat jahar (yang dibaca secara keras), makmum menyaringkan ucapan Amin bersama-sama dengan imam. Lalu, imam diam sejenak setelah membaca Surat Al-Fatihah untuk memberi kesempatan makmum membaca Surat Al-Fatihah. Pada sholat jahr, makmum tidak diperkenankan membaca surat kecuali jika ia tidak mendengar suara imam.
8. Hendaknya seorang imam tidak membaca tasbih dalam rukuk dan sujud lebih dari tiga kali, namun tetap thuma\'ninah. Kemudian imam tidak memberikan tambahan dalam tasyahud awal setelah membaca shalawat kepada Nabi. Juga pada dua rakaat terakhir, imam cukup membaca Surat Al-Fatihah, tidak perlu menambah-nambahnya lagi. Begitu juga ketika tasyahud akhir, imam cukup membaca tasyahud dan shalawat kepada Rasulullah SAW.
9. Saat salam, imam hendaknya berniat memberikan salam kepada semua jamaah. Sedangkan jamaah atau makmum dengan salamnya berniat menjawab salam imam.
10. Setelah itu imam berdiam sebentar dan menghadap kepada para jamaah. Jika yang ada di belakangnya adalah para wanita, maka ia tidak usah menoleh sampai mereka bubar. Hendaknya makmum tidak berdiri sampai imam berdiri, lalu saat imam pergi lebih baik ke arah kanan.
11. Imam tidak boleh berdoa untuk dirinya sendiri dalam membaca qunut Subuh, tapi hendaknya mengucapkan Allahummahdina (Ya Allah, tunjuki kami) dengan suara nyaring, sedangkan para makmum mengamininya. Sedangkan makmum cukup membaca sendiri sisa dari doa Qunut tersebut, yakni dimulai dari Innaka laa yaqdhi wa la yuqdha \'alaika.
12. Makmum tidak boleh berdiri sendirian secara terpisah. Ia harus masuk ke dalam barisan atau menarik orang lain untuk membuat barisan dengannya. 13. Makmum tak boleh berdiri di depan iman, mendahului, atau bergerak secara bersamaan dengan gerakan imam. Tapi, Ia harus melakukannya sesudah imam. Ia tak boleh ruku kecuali setelah imam sempurna dalam posisi rukuk. Begitu pun, ia tak boleh sujud selama dahi imam belum sampai di tanah.
Dalam riwayat shahih disebutkan:
Sesungguhnya imam itu untuk diikuti maka jangan menyelisihinya. Apabila ia takbir maka takbirlah. Dan apabila ruku maka ruku\'lah, dan apabila ia mengucapkan sami\'allahu liman hamidah, maka ucapkan: Rabbana walakal hamdu, dan apabila ia sujud maka sujudlah kalian.
Wallahu A\'lam