7 Film yang Buat Studionya Gulung Tikar, Bangkrut Rugi Besar
Sejumlah film membuat studionya gulung tikar meski dibintangi oleh artis terkenal. Deretan film tersebut tidak berakhir dengan kesuksesan dan bahkan dinyatakan gagal total.
Di balik megahnya produksi dan promosi besar-besaran, beberapa film ini justru menjadi bencana finansial yang melumpuhkan studio pembuatnya. Mulai dari pengeluaran produksi yang membengkak hingga kegagalan menarik penonton.
Kisah film-film ini menjadi pelajaran pahit tentang risiko besar dalam dunia perfilman. Apa saja film yang berhasil mencatat sejarah kelam ini? Berikut daftarnya dilansir dari Stars Insider, Senin (25/11/2024).
7 Film yang Buat Studionya Gulung Tikar
1. Battlefield Earth (2000)
Foto/Stars Insider
Dibintangi oleh John Travolta, Battlefield Earth (2000) adalah film bencana fiksi ilmiah yang dianggap memanjakan diri sendiri untuk Scientology. Travolta secara pribadi menyumbang USD5 juta atau Rp79 miliar dari dananya sendiri, dari anggaran USD73 juta atau Rp1,1 triliun.
Daftar Lengkap Pemenang Indonesian Music Awards 2024, Rhoma Irama Raih Lifetime Achievement
Film ini dikritik secara luas dan bahkan menerima penghargaan Razzie karena kualitasnya yang buruk. Film ini dikenal karena humornya yang tidak pada tempatnya dan tidak menghibur. Franchise Pictures, studio di balik film tersebut, menghadapi masalah hukum karena menipu investor, yang akhirnya menyebabkan kebangkrutan mereka.
2. It's a Wonderful Life (1946)
Foto/Stars Insider
It's a Wonderful Life (1946) tetap menjadi salah satu film Natal yang paling digemari, bahkan 70 tahun setelah dirilis. Selain itu, film ini menerima lima nominasi Academy Award pada 1947. Namun, setelah dirilis pada bulan Desember 1946, film ini kesulitan untuk menghasilkan keuntungan.
Film ini mengisahkan seorang pria yang berpikir untuk bunuh diri dan dihadapkan dengan dunia paralel tanpa kehadirannya. Mungkin saja penonton tidak menyadari bahwa film ini pada dasarnya adalah kisah Natal yang mengharukan dan disukai. Liberty Films, sebuah studio muda, sangat menderita ketika film tersebut gagal secara finansial. Akibatnya, mereka terpaksa menerima proposal akuisisi yang diajukan oleh Paramount Pictures.
3. Bangkok Dangerous (2008)
Foto/Stars Insider
Film Bangkok Dangerous yang dibintangi Nicolas Cage mampu mencapai posisi teratas di box office AS pada 2008, tetapi popularitasnya dengan cepat menurun.
Pendapatan global film ini hanya mencapai USD47 juta atau Rp749 miliar, tidak cukup untuk menutupi anggarannya. Akibatnya, Virtual Studios, perusahaan produksi bersama film ini, harus tutup.
4. Life Of Pi (2012)
Foto/Stars Insider
Life Of Pi (2012) adalah film yang secara visual mengesankan dan mendapat pengakuan di ajang Oscar, menang dalam kategori seperti Sutradara Terbaik, Efek Visual Terbaik, Sinematografi Terbaik, dan Musik Orisinal Terbaik. Meskipun sukses, Rhythm & Hues Studios menghadapi kesulitan keuangan.
Setelah film tersebut selesai, perusahaan tersebut terpaksa memberhentikan 254 karyawannya dan menyatakan bangkrut. Meskipun film tersebut sukses besar, studio tersebut tidak dapat memanfaatkan keuntungannya tepat waktu
5. Mars Needs Moms (2011)
Foto/Stars Insider
Dirilis pada 2011, Mars Needs Moms adalah film animasi berbiaya mahal, mengumpulkan anggaran yang mengejutkan sebesar USD150 juta atau Rp2,3 tirilun, namun gagal untuk mendapatkan kembali sepertiga dari pengeluarannya.
Disney turut memproduksi film tersebut, yang mengakibatkan kerugian finansial terbesar mereka hingga sekarang. Selain itu, hal ini menyebabkan perusahaan produksi digital milik produser Robert Zemeckis bangkrut, yang menyebabkan perusahaan itu ditutup setelah hanya dua kali dirilis. Jelas, hasil ini jauh dari yang diantisipasi Zemeckis.
6. Looney Tunes: Back in Action (2003)
Foto/Stars Insider
Space Jam (1996) meraih sukses besar dengan berhasil menggabungkan karakter animasi yang disukai dengan bintang-bintang live-action. Namun, Looney Tunes: Back in Action (2003) tidak mencapai tingkat kesuksesan yang sama.
Dibintangi oleh Brendan Fraser dan Jenna Elfman, film ini memiliki anggaran sebesar USD80 juta atau Rp1,2 triliun tetapi hanya meraup USD68,5 juta atau Rp1 triliun di box office. Sayangnya, film ini menandai berakhirnya Warner Bros Feature Animation karena Warner Bros terpaksa menutup perusahaan tersebut.
7. The Golden Compass (2007)
Foto/Stars Insider
New Line Cinema kemungkinan besar meyakini bahwa mereka telah memperoleh waralaba dengan potensi Harry Potter saat mereka memperoleh hak atas film The Golden Compass tahun 2007. Film ini didasarkan pada buku pertama trilogi His Dark Materials karya Philip Pullman yang sangat disukai.
Sayangnya, hal itu tidak terjadi. Film dengan bujet USD180 juta atau Rp2,8 triliun itu berhasil mengumpulkan USD372 juta atau Rp5,9 triliun, yang tampaknya cukup mengesankan. Namun, untuk mengamankan pendanaan, New Line Cinema telah melepaskan hak internasionalnya.
Akibatnya, mereka hanya memperoleh USD70 juta atau Rp1,1 triliun dan menghadapi konsekuensi finansial yang mengerikan. Agar dapat bertahan hidup, mereka tidak punya pilihan selain bergabung dengan Warner Bros. Pictures.