Pahlawan Nasional yang Dimakamkan di TPU Tanah Kusir: Bung Hatta hingga Buya Hamka

Pahlawan Nasional yang Dimakamkan di TPU Tanah Kusir: Bung Hatta hingga Buya Hamka

Gaya Hidup | BuddyKu | Selasa, 19 Juli 2022 - 13:02
share

JAKARTA Sejumlah tokoh bangsa yang bergelar Pahlawan Nasional dimakamkan di TPU Tanah Kusir , Jakarta Selatan. Di antara mereka ada nama Bung Hatta.

Tidak semua tokoh bangsa yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) seperti TMP Kalibata, Jakarta Selatan. Ada juga di antara mereka yang dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU), misalnya di TPU Tanah Kusir.

Dari sejumlah Pahlawan Nasional yang dimakamkan di TPU Tanah Kusir tersebut, SINDOnews tampilkan tiga di antaranya yakni Mohammad Hatta, AR Baswedan, dan Buya Hamka. Berikut ini profil singkat tiga tokoh tersebut:

1. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta, yang lebih dikenal dengan sapaan Bung Hatta, lahir di Kampung Aur Tajungkang, Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Saat lahir, nama yang diberikan orang tuanya adalah Muhammad Athar.

Hatta merupakan wapres pertama RI. Dikutip dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, pada tahun 1945 Hatta secara aklamasi diangkat sebagai wakil presiden pertama RI. Sebelumnya, Soekarno atau Bung Karno juga diangkat secara aklamasi menjadi presiden RI.

Hatta menjadi wapres hingga 1956. Dia mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Hatta meninggal di Jakarta 14 Maret 1980. Jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Bung Hatta dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2012. Gelar tersebut diberikan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 84/TK/TAHUN 2012 tanggal 7 November.

2. AR Baswedan

Abdurrahman Baswedan atau lebih dikenal publik dengan sebutan AR Baswedan, lahir di Kampung Ampel, Surabaya, Jawa Timur, 9 September 1908. AR Baswedan merupakan anak dari pasangan Awad Baswedan dan Aliyah binti Abdullah Jarhum.

Dikutip dari https://direktoratk2krs.kemsos.go.id, AR Baswedan terlibat dalam dunia pergerakan dengan mengusung cita-cita mewujudkan bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Pada masanya, dia menjadi juru dakwah Muhamadiyah dan juga aktif dalam Jong Islamieten Bond (JIB).

Secara konsisten, AR Baswedan memperjuangkan integrasi keturunan Arab ke dalam bangsa Indonesia. Perjuangannya dilakukan melalui dunia jurnalistik, yaitu dengan tulisan-tulisannya di berbagai surat kabar. AR Baswedan menyebarkan pemikirannya bahwa keturunan Arab mempunyai kewajiban yang sama untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.

AR Baswedan juga merupakan anggota BPUPKI. Dia juga anggota dalam misi diplomasi RI ke negara Arab dan Mesir. Setelah Proklamasi 1945, AR Baswedan ergabung ke Partai Masyumi, menjadi Menteri Muda Penerangan Kabinet Sjahrir II, dan juga mewakili Masyumi dalam parlemen (KNIP dan DPR) serta Badan Konstituante hasil Pemilu 1955.

Pada tahun 1960, setelah keluar dari dunia politik, AR Baswedan mengalihkan perjuangannya ke dalam dunia pendidikan, dakwah, dan budaya.

AR Baswedan meninggal dunia pada 16 Maret 1986. Jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir. Sejumlah tokoh hadir dalam pemakamannya, antara lain Abdul Gafur dan Harmoko.

Kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2018, berdasarkan SK 123/TK/Tahun 2018 tertanggal 6 November 2018.

3. Buya Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Buya Hamka, lahir di Maninjau, Sumatera Barat pada 17 Februari 1908. Hamka merupakan putra pertama dari pasangan Abdul Karim Amrullah dan Shaffiah.

Dikutip dari direktoratk2krs.kemsos.go.id, Hamka mempelajari agama dan mendalami Bahasa Arab di Sumatera Thawalib, Padang Panjang yang didirikan oleh ayahnya. Hamka juga mengikuti pelajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syekh Ibrahim Muda, Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto, dan Ki Bagus Hadikusumo.

Sejak muda, Hamka aktif dalam berbagai organisasi keagamaan yaitu Muhammadiyah. Hamka pernah menjadi Ketua Muhammadiyah Padang Panjang, Konsul Muhammadiyah di Makassar, dan terakhir Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Tahun 1975-1979, Hamka dipercaya oleh ulama sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hamka juga pernah menjadi Ketua Umum Yayasan Pesantren Islam Al Azhar.

Peraih gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar Kairo ini meninggal dunia pada Jumat, 24 Juli 1981. Jenazahnya dimakamkan di TPU Tanah Kusir.

Ulama dan sastrawan ini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2011, berdasarkan SK 113 / TK / Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.

(zik)

Topik Menarik