Ketahuilah! Matahari Bersudut Delapan Lambang Dewa Hindu Majapahit Juga Ada di Masjid, kok Bisa?

Ketahuilah! Matahari Bersudut Delapan Lambang Dewa Hindu Majapahit Juga Ada di Masjid, kok Bisa?

Gaya Hidup | netralnews.com | Selasa, 14 Juni 2022 - 07:01
share

MALANG, NETRALNEWS.COM - Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. Itulah Surya Majapahit.

Surya majapahit adalah simbol atau lambang dari Kerajaan Majapahit. Surya majapahit menyerupai matahari. Lingkaran sebagai pusat dikelilingi sinar yang memancar mengarah ke delapan penjuru mata angin.

Hal itu menggambarkan sembilan dewa utama yang digambarkan berada di dalam lingkaran. Dewa-dewa pada lingkaran tersebut diatur dalam posisi delapan arah mata angin, dan satu berada di tengah sebagai pusatnya.

Kesatuan sembilan dewa itu dinamakan Dewata Nawasanga atau Nawa Dewata yang juga dianggap sebagai penguasa arah mata angin di Jawa.

Lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai matahari khas "Surya Majapahit", atau lingkaran Matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas.

Karena begitu populernya lambang Matahari ini pada masa Majapahit, para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai lambang negara Majapahit.

Batu berpahatkan surya Majapahit ditemukan dengan berbagai variasi.

Pertama, batu sudut delapan mengelilingi lingkaran yang dipahatkan dewa penguasa sembilan arah mata angin terdapat di Trowulan.

Dan kedua, batu dengan lingkaran bersudut delapan yang menyerupai bentuk teratai dengan delapan dewa di antara helai sudut pancarannya terdapat di Museum Nasional.

Batu bentuk bulat bersudut sembilan dan terdapat untaian mutiara yang melingkar pada bagian tengahnya terdapat di Candi Cetho-Lereng Gunung Lawu Jawa Tengah.

Di samping dalam bentuk batuan yang terpahat tersebut, surya Majapahit juga dipahatkan di bangunan-bangunan.

Surya Majapahit yang dipahatkan di bangunan terdapat pada Candi Angka Tahun dan Candi Rekonstruksi Panataran di Blitar, Candi Sawentar di Blitar, Candi Jawi di Pasuruan, Candi Kebo Ireng di Pasuruan, Candi Bangkal di Mojokerto, dan Candi Rimbi di Jombang, serta pada Relief Anglingdarma di Candi Jago.

Surya Majapahit juga dipahatkan sebagai prabha di arca pada Periode Majapahit. Surya Majapahit dalam bentuk prabha pada arca hampir ditemukan di seluruh wilayah Jawa Timur antara lain arca Parwati (Perwujudan Tribhuwana) di Jombang, arca berpasangan di Tulungagung, arca pengendara di Candi Tigowangi di Kediri.

Dan juga hampir seluruh arca koleksi Pusat Informasi Majapahit dan Museum Nasional yang berasal dari Periode Majapahit sebagian besar memiliki prabha .

Surya Majapahit juga dipahatkan di Masjid Sunan Prapen, Giri Kedaton.

Lhoo, kok di masjid? Untuk apa?

Untuk mengakui pernah adanya eksistensi Majapahit dan juga untuk melanjutkan tradisi yang pernah ada pada masa Majapahit. Hal itu tetap dijaga dan dilestarikan dengan menjadikannya sebagai penghias Mesjid Sunan Prapen.

Sehingga makna simboliknya juga berubah. Jika pada masa Majapahit melambangkan sembilan dewa, pada masa Islam melambangkan Wali Songo.

Bergeserlah dari Dewata Nawasanga menjadi Wali Sanga.

Penulis: Susanto Yunus Alfian

Alumni Program Doktor Teknologi Pembelajaran Universitas Negeri Malang. Sekarang meminati kajian sejarah, pendidikan sejarah dan pendidikan karakter.

Daftar Rujukan:

1. Bawono, R. A. (2016). Menilik Pengaruh Kekuasaan Majapahit Berdasarkan Motif Hias Pada Tinggalan Arkeologi. Prosiding Seminar Nasional Bahasa dan Budaya Denpasar 7-8 Oktober 2016. Halaman 359-367.

2. Pradana, R. W. B. (2019). Kesinambungan Ragam Hias Pra Islam pada Mimbar Sunan Prapen . Seminar Nasional Sandyakala, 2019.


Makam Sunan Prapen

Topik Menarik