Kapal Belanda Pengangkut Rampokan Artefak Nusantara Tenggelam di Madagascar

Kapal Belanda Pengangkut Rampokan Artefak Nusantara Tenggelam di Madagascar

Gaya Hidup | netralnews.com | Selasa, 24 Mei 2022 - 10:36
share

MALANG, NETRALNEWS.COM - Pada awal tahun 2020, Raja Belanda Raja Willem-Alexander berkunjung ke Indonesia dalam rangka kunjungan kenegaraan ke Indonesia dan melakukan hubungan kerja dengan Indonesia.

Selain itu, Raja Willem-Alexander juga menyampaikan permintaan maaf atas penjajahan yang dilakukan oleh Belanda di masa lalu yang menyebabkan kesengsaraan kepada rakyat Indonesia. Raja Willem-Alexander juga mengembalikan beberapa artefak Indonesia yang diambil oleh Belanda di masa lalu ketika menjajah Indonesia.

Benda-benda artefak tersebut diambil secara paksa oleh pihak Belanda dengan beberapa cara seperti melalui pertempuran perang dan perampasan. Benda-benda yang diambil kebanyakan adalah benda-benda pusaka milik kerajaan-kerajaan nusantara, hasil karya seni, seperti: keris, lukisan, keramik dan lain-lain.

Salah satu benda pusaka yang dikembalikan oleh Belanda pada saat kedatangan Raja Willem Alexander ke Indonesia adalah keris milik Pangeran Diponegoro yang digunakan ketika berperang di masa lalu.

Belanda telah menduduki Nusantara sejak awal abad ke-17 secara ekonomi maupun politik. Keberadaan Belanda di Nusantara juga secara tidak langsung menguasai seluruh sumber daya yang ada. Sumber daya tersebut termasuk di dalamnya adalah benda-benda sejarah dan budaya, dan flora fauna yang ada di Nusantara.

Belanda pernah melakukan penjelajahan dan misi untuk mengelilingi wilayah Hindia Belanda dengan kapal. Penjelajahan dan ekspedisi ini dilakukan dalam rangka untuk mengumpulkan benda-benda artefak di wilayah Hindia Belanda.

Penjelajahan ini dipimpin oleh Kapten Q.M.R Ver Huell. Kisah penjelajahan dan ekspedisi ini ditulis dalam 2 jilid laporan yang ditulis oleh Ver-Huell. Laporan tersebut berjudul Herinneringen van eene reis naar de Oost-Indin.

Benda-benda tersebut kemudian diambil dan dikoleksi untuk dibawa ke negeri Belanda. Ribuan item tersebut rencananya akan digunakan untuk bahan pembelajaran oleh para calon-calon birokrat Belanda yang akan dikirim ke Hindia-belanda untuk bekerja di wilayah tersebut.

Selain itu, benda-benda tersebut juga diberikan ke museum di Belanda maupun disimpan untuk koleksi pribadi.

Keseluruhan benda-benda tersebut diangkut dengan 8 armada kapal. Kapal-kapal tersebut memiliki misi untuk mengelilingi wilayah Hindia-Belanda. Armada kapal ini dipimpin oleh kapten QMR Ver Huell.

Naasnya, kapal yang membawa benda-benda tersebut tenggelam di perairan dekat dengan Diego Garcia, sebuah pulau kecil di dekat Madagascar. Dari 8 armada kapal yang berangkat tersebut, hanya 4 kapal saja yang bisa mencapai negeri Belanda.

Salah satu kapal yang tenggelam tersebut adalah kapal De Evertsen. Beruntung penumpang dan awak kapal yang ada di dalam kapal tersebut dapat diselamatkan oleh kapal Pickering dari Amerika.

Salah satu penumpang yang ada di dalam kapal tersebut adalah Cornelis Theodorus Elout. Ia merupakan seorang Komisaris Jenderal di Hindia Belanda (setara menteri).

Ia berhasil menyelamatkan diri dan juga menyelamatkan tiga benda artefak. Benda yang diselamatkan adalah sebuah keris dari Sunan Pakubuwana IV Surakarta dan dua lukisan Adrian Johanes Bik.

Adrian Johanes Bik sendiri adalah seorang draftsman berwarganegaraan Belanda yang melukis gambaran Pangeran Diponegoro ketika dipenjara di Batavia. Ia datang ke Hindia-Belanda untuk mendampingi Prof Reindwardt yang dikenal sebagai pendiri Botanicus Garden (Kebun Raya Bogor).

Peristiwa tenggelamnya kapal De Eversten yang tragis ini juga dilukis sang Kapten Ver Huell untuk menggambarkan keadaan yang terjadi pada saat itu. Ia melukis tenggelamnya kapal tersebut di atas Kapal Pickering Amerika yang datang dan memberikan bantuan kepada para penumpang kapal yang tenggelam.

Di dalam lukisan tersebut, Ver Huell memberikan keterangan untuk menjelaskan lukisan yang ia buat. Dalam keterangan, ia menulis jika kapal Admiral Evertzen (De Eversten) untuk sementara sedang dalam keadaan rusak oleh sebab itu kemudian ditinggalkan oleh beberapa penumpangnya.

Kapal dikelilingi oleh beberapa sekoci yang digunakan untuk menyelamatkan diri para penumpang. Kemudian di belakang gambar kapal atau di latar belakang sebelah kanan terdapat brig atau Kapal Pickering yang nantinya akan menyelamatkan 340 orang di dalamnya.

Setengah dari kru yang menjadi penumpang kapal tersebut kemudian dipindahkan ke brig, sementara setengah lainya terus memompa agar kapal tersebut bisa digunkan lagi.

Di dalam keterangan Ver Huell juga menceritakan jika ia bergerak di depan kapal tongkang dan melihat Laksana Muda dan Penasihat Cornelis Theodorus Elout mendayung sampan besar ke brig atau Kapal Pickering Amerika.

Selain Cornelis Theodorus Elout, di dalam kapal juga terdapat komisaris jenderal lainya yakni Arnold Ardiaan Buyskes dan Hendrik Doeff yang sedang ditugaskan di pos perdagangan Belanda di Dejima Nagasaki, Jepang.

Dari keterangan Ver Huell tersebut menunjukkan bahwa kapal De Eversten selain mengangkut benda-benda artefak bernilai sejarah dan budaya juga mengangkut penumpang pejabat dan orang-orang penting Belanda.

Kapal De Eversten ini memiliki ukuran yang sangat besar dan terdapat tiga lapis deck di dalam kapal. Bisa dibayangkan berapa banyak benda-benda artefak hasil penjelajahan yang diangkut kapal.

Tenggelamnya kapal De Evesten yang mengangkut benda-benda artefak hingga kini masih dalam proses penelitian yang melibatkan banyak ahli baik dari ahli sejarah, filolog, epigraf, arkeolog dan para ahli lainya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengungkap latar belakang perjalanan, kronologi peristiwa, dan macam benda artefak yang diangkut dalam kapal tersebut dan kemudian telah tenggelam.

Para ahli menelusuri catatan ataupun arsip-arsip. Dari penelitian ini nantinya mungkin bisa dilakukan ekskavasi laut untuk menggali benda-benda artefak Nusantara yang tenggelam.

Penulis: Rizka Salsabila Mafaidah

Mahasiswa Universitas Negeri Malang

Topik Menarik