Tak Hanya Mandau Terbang, Ini Sederet Senjata Khas Suku Dayak Punya Kekuatan Magis
JAKARTA - Mandau Terbang menjadi sorotan setelah viral video tokoh adat Dayak melempar ancaman kepada Edy Mulyadi yang telah menghina Kalimantan.
Lantas apa sebenarnya mandau?
Melansir christas.dk, mandau merupakan senjata tradisional Kalimantan, Indonesia, khususnya suku Dayak. Pada masa lalu, mayoritas penduduk asli yang tinggal di pulau Kalimantan, Dayak adalah penganut animisme
Suku Dayak memiliki tradisi kuno praktik perburuan yakni mereka memiliki suatu teknik perburuan akan menargetkan kepala. Untuk tujuan perburuan inilah orang Dayak menggunakan mandau.
Biasanya untuk menargetkan bagian kelapa hewan buruan, mandau perlu dilemparkan. Sehingga secara hiperbolis akan disebut terbang sampai mengenai kepala hewan yang diburu.
Selain mandau, rupanya terdapat beberapa senjata lainnya khas Suku Dayak. Berikut daftarnya:
1. Sumpit
Suku Dayak juga memiliki senjata lain yang tidak kalah mematikan. Sumpit atau Sipet merupakan senapan khas Dayak yang berbentuk panjang dan berlubang di bagian tengah. Sebagai ganti peluru, jarum-jarum akan mengisi selongsong ruang kosong dalam sumpit. Penggunanya cukup mengembuskan napas ke dalam rongga sumpit untuk melontarkan jarum yang ada di dalamnya. Jarum yang dilontarkan tersebut sering kali dibubuhi racun yang dapat membuat nyawa seseorang melayang dalam hitungan menit. Diperlukan kemampuan membidik yang akurat bagi seseorang untuk menggunakan senjata ini. Kabarnya, kemahiran Suku Dayak dalam menggunakan sumpit pernah membuat tentara Belanda lari ketakutan.
2. Dohong
Keberadaan dohong, salah satu senjata khas Dayak, sudah mulai langka. Karena itu, tidak banyak orang mengetahui tentang senjata tersebut. Dipergunakan oleh Suku Dayak Ngaju, dohong merupakan senjata yang cukup mirip dengan keris, memiliki lekuk-lekuk unik dan konon telah dipergunakan lebih dulu dibanding mandau. Banyak legenda Suku Dayak yang tokohnya menggunakan senjata dohong. Dohong biasa dipergunakan sebagai senjata untuk serangan jarak dekat. Namun, karena keberadaannya yang sudah cukup sulit ditemukan, senjata tradisional ini sekarang diperlakukan sebagai senjata pusaka yang hanya dikeluarkan untuk acara tertentu.