Saham Big Cap Dorong IHSG Menguat Hampir 2 Persen

Saham Big Cap Dorong IHSG Menguat Hampir 2 Persen

Ekonomi | idxchannel | Selasa, 15 April 2025 - 03:24
share

IDXChannel – Sejumlah saham emiten big cap, terutama bank besar dan konglomerat, menguat di awal perdagangan, turut mengerek kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa (15/4/2025).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.56 WIB, IHSG meningkat 1,93 persen ke level 6.491. Sebanyak 409 saham menguat, 163 saham melemah, dan 388 saham sisanya stagnan.

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp3,21 triliun dan volume perdagangan 4,27 miliar saham.

Saham big cap milik pengusaha batu bara Low Tuck Kwong, BYAN, melambung 17,33 persen, emiten Prajogo Pangestu BREN terkerek 5,75 persen, emiten properti Aguan-Salim PANI mendaki 4,17 persen.

Kemudian, saham energi Grup Sinarmas DSSA terangkat 1,04 persen, emiten data center Toto Sugiri DCII terapresiasi 0,93 persen, dan emiten tambang Salim AMMN 0,83 persen.

Tiga saham bank kakap juga kompak menguat. Saham BBCA bertumbuh 2,08 persen, BBRI 1,90 persen, dan BMRI 0,84 persen.

Keberanian investor mengambil risiko meningkat seiring adanya pelonggaran sementara terhadap tarif sektor teknologi.

Namun, kekhawatiran tetap membayangi terkait dampak ekonomi dari kebijakan tarif terhadap kawasan Asia yang sangat bergantung pada perdagangan.

Pelaku pasar pun bersiap menghadapi pekan baru yang berpotensi diwarnai kebijakan mendadak dan perubahan arah yang tiba-tiba.

"Pasar mungkin menyambut positif kelonggaran tarif atau kesepakatan dagang sesekali, tetapi kami khawatir kerusakan terhadap tatanan perdagangan dan bisnis global akan bersifat jangka panjang," kata analis DBS yang dipimpin oleh Kepala Ekonom Taimur Baig.

"Ketidakpastian yang meresap terkait hubungan dagang AS-China, tarif, serta meningkatnya volatilitas pasar diperkirakan menjadi hambatan bagi sentimen investor di Asia dan menunda rencana investasi perusahaan," demikian ujar mereka.

Sementara, bursa saham Asia kembali naik pada Selasa (15/4/2025), didorong kenaikan saham perusahaan otomotif setelah Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan kemungkinan pemberian pengecualian terhadap tarif sektor otomotif yang telah diberlakukan.

Trump pada Senin menyatakan sedang mempertimbangkan perubahan terhadap tarif 25 persen atas impor mobil dan suku cadang otomotif dari Meksiko, Kanada, dan negara lain.

Tarif tersebut berpotensi menaikkan harga mobil hingga ribuan dolar AS. Trump mengatakan, “Produsen mobil butuh sedikit waktu karena mereka akan memproduksinya di sini.”

Pernyataan itu muncul setelah pada Jumat lalu pemerintah AS memutuskan mengecualikan smartphone, komputer, dan beberapa barang elektronik lainnya dari tarif "resiprokal" yang digagas Trump.

Namun, pemerintahannya kemudian memperkuat penyelidikan atas impor semikonduktor setelah Trump mengatakan akan mengumumkan tarif atas barang tersebut dalam waktu sepekan.

"Ketika kita mulai melihat beberapa sektor mendapatkan pengecualian, pasar mulai berpikir bahwa tarif ini tidak akan diberlakukan secara menyeluruh dan bisa saja ada keringanan," kata ekonom dari Westpac, Illiana Jain. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Topik Menarik