Saham ANTM Cetak Reli 5 Hari, Didorong Aksi Borong Asing

Saham ANTM Cetak Reli 5 Hari, Didorong Aksi Borong Asing

Ekonomi | idxchannel | Selasa, 15 April 2025 - 03:24
share

IDXChannel – Saham emiten tambang PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) kembali melesat pada perdagangan Selasa (15/4/2025), seiring aksi akumulasi yang terus dilakukan investor asing dalam beberapa hari terakhir.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pukul 10.12 WIB, saham ANTM naik 5,46 persen ke level Rp1.930 per saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp252,8 miliar dan volume perdagangan sebanyak 131,3 juta saham.

Dengan penguatan ini, saham ANTM mencatat reli kenaikan selama lima hari berturut-turut, dengan akumulasi kenaikan mingguan mencapai 37,86 persen.

Lonjakan harga saham ANTM turut ditopang oleh aksi beli investor asing yang konsisten mencatatkan beli bersih (net buy) selama empat hari terakhir. Pada perdagangan Senin (14/4), net buy asing di pasar reguler tercatat sebesar Rp107 miliar, sementara dalam sepekan mencapai Rp224 miliar.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan, katalis utama ANTM datang dari laporan keuangan yang mencatatkan pertumbuhan impresif.

“ANTM juga diketahui merupakan produsen yang berbasis komoditas emas. Tentunya hal ini menjadi perhatian lebih bagi investor,” kata Michael kepada IDXChannel.com, Rabu (9/4/2025) lalu.

Kinerja Solid

Diwartakan sebelumnya, ANTM membukukan laba bersih Rp3,85 triliun sepanjang 2024, naik 25 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,08 triliun.

Sekretaris Perusahaan Antam, Syarif Faisal Alkadrie, mengungkapkan bahwa pendapatan perusahaan mencapai Rp69,19 triliun, rekor tertinggi dalam sejarah. Sejalan dengan itu, EBITDA Antam meningkat 3 persen menjadi Rp6,73 triliun dari Rp6,55 triliun pada 2023.

Menurut Syarif, pencapaian positif ini mencerminkan ketahanan perusahaan di tengah dinamika regulasi dan ketidakpastian ekonomi global sepanjang tahun lalu.

Selama 2024, Antam mencatat laba kotor Rp6,5 triliun dan laba usaha Rp3 triliun, naik 15 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan pendapatan serta efisiensi beban usaha yang turun sekitar 5 persen menjadi Rp3,5 triliun.

Penurunan beban ini, kata Syarif, terutama berasal dari efisiensi biaya logistik dan asuransi, seiring dengan penurunan penjualan nikel dan bauksit akibat kendala perizinan di 2024. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Topik Menarik