IHSG Berbalik Lesu, Saham Konglomerat Jadi Pemberat

IHSG Berbalik Lesu, Saham Konglomerat Jadi Pemberat

Ekonomi | idxchannel | Rabu, 9 April 2025 - 08:04
share

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah menjadi melemah pada lanjutan sesi II, Rabu (9/4/2025), usai sempat rebound tipis di awal sesi.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, hingga pukul 14.47 WIB, IHSG turun 0,12 persen ke level 5.988,78 dengan nilai transaksi mencapai Rp8,73 triliun dan volume perdagangan sebanyak 14,34 miliar saham.

Secara keseluruhan, terdapat 309 saham yang menguat, 339 saham melemah, dan 311 saham stagnan. Sebelumnya, pada Selasa (8/4), IHSG merosot 7,90 persen, bahkan sempat anjlok lebih dari 9 persen hingga terkena trading halt selama 30 menit.

Sejumlah saham berkapitalisasi besar (big cap) milik konglomerat membebani pergerakan indeks. Saham BREN, yang dimiliki oleh Prajogo Pangestu, turun 7,59 persen, sementara TPIA melemah 3,47 persen.

Di sektor properti, saham PANI milik Aguan-Salim anjlok 5,29 persen, diikuti induk Indomaret DNET milik Salim yang terkoreksi 3,16 persen. Saham Salim lainnya, yakni produsen mi instan ICBP, juga terdepresiasi 0,52 persen.

Di sisi lain, saham perbankan utama yang biasanya menjadi motor penggerak IHSG mencatat rebound tipis. BBNI naik 0,25 persen, BBRI menguat 0,27 persen, BBCA bertambah 1,29 persen, dan BMRI naik 1,71 persen.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan soal faktor yang perlu diperhatikan investor dalam waktu dekat. "Jumat dan pekan depan akan menjadi hari ex-date [dividen] dari perbankan BBRI dan BMRI, maka akan ada potensi penurunan di market,” katanya saat dihubungi IDXChannel.com, Rabu (9/4/2025).

Ia juga menyoroti pergerakan indeks, dengan mengatakan, "Support IHSG saat ini di 5.760, sementara resistance dibentuk di 6.417."

Sebelumnya, pada Selasa (8/4/2025), Michael menilai, risiko terbesar saat ini justru datang dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berada di level tertinggi. "Jika kita tidak mampu menjaga level rupiah, maka akan ada capital outflow kembali," katanya.

Meski demikian, ia melihat peluang tetap ada di tengah tekanan pasar. "Setiap krisis akan selalu ada peluang. Dalam 10 tahun ke belakang, perbankan kita tidak pernah memberikan dividen double digit. Kenapa? Karena penurunan bursa saham kali ini tidak sebanding dengan penurunan kinerja perbankan," tuturnya. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Topik Menarik