IHSG Bangkit Tipis, Analis Waspadai Tekanan di Pasar
IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat rebound tipis pada perdagangan Rabu (9/4/2025), setelah sehari sebelumnya merosot 7,90 persen dan sempat terkena trading halt selama 30 menit.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, IHSG naik 0,57 persen ke level 6.030 dengan nilai transaksi mencapai Rp4,72 triliun dan volume perdagangan sebanyak 7,24 miliar saham.
Secara keseluruhan, terdapat 340 saham yang menguat, 276 saham melemah, dan 344 saham stagnan.
Rebound IHSG kali ini didorong oleh pemulihan jangka pendek sejumlah saham berkapitalisasi besar (big cap), seperti BRIS yang naik 4,33 persen, TLKM 3,49 persen, ASII 3,35 persen, DCII 2,50 persen, BBCA 1,93 persen, BMRI 1,50 persen, dan AMMN 1,30 persen.
Pengamat pasar modal Michael Yeoh menjelaskan soal faktor yang perlu diperhatikan investor dalam waktu dekat. "Jumat dan pekan depan akan menjadi hari ex-date [dividen] dari perbankan BBRI dan BMRI, maka akan ada potensi penurunan di market,” katanya saat dihubungi IDXChannel.com, Rabu (9/4/2025).
Ia juga menyoroti pergerakan indeks, dengan mengatakan, "Support IHSG saat ini di 5.760, sementara resistance dibentuk di 6.417."
Sebelumnya, pada Selasa (8/4/2025), Michael menilai, risiko terbesar saat ini justru datang dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berada di level tertinggi. "Jika kita tidak mampu menjaga level rupiah, maka akan ada capital outflow kembali," katanya.
Meski demikian, ia melihat peluang tetap ada di tengah tekanan pasar. "Setiap krisis akan selalu ada peluang. Dalam 10 tahun ke belakang, perbankan kita tidak pernah memberikan dividen double digit. Kenapa? Karena penurunan bursa saham kali ini tidak sebanding dengan penurunan kinerja perbankan," tuturnya.
Michael menilai meskipun proyeksi pendapatan sektor perbankan mengalami penurunan, koreksi harga sahamnya jauh lebih besar sehingga menciptakan peluang di level saat ini.
"Berdasarkan data dari tiga krisis sebelumnya—2008, 2015, dan 2020—valuasi perbankan kita di 2025 berada di PBV lebih rendah 5-8 persen, kecuali BBCA," demikian kata Yeoh.
Rupiah Sentuh Level Terendah
Nilai tukar rupiah anjlok ke rekor terendah pada Rabu, sementara pasar saham di negara-negara berkembang Asia merosot tajam.
Sentimen negatif ini dipicu rencana Amerika Serikat (AS) memberlakukan tarif impor hingga 104 persen terhadap barang-barang dari China, memperburuk ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Rupiah melemah tajam hingga menyentuh Rp16.955 per USD. Koreksi di pasar saham regional ini memasuki sesi kelima, seiring sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap bersikeras menaikkan tarif, bahkan setelah China merespons dengan tindakan balasan.
Sejumlah negara Asia Tenggara turut terdampak kebijakan tarif tinggi ini, mengingat China merupakan mitra dagang utama di kawasan. Tarif baru dari AS dijadwalkan mulai berlaku pada Kamis pukul 12:01 waktu setempat (04:01 GMT). (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.