Ini Daftar Perusahaan Plat Merah yang Dipangkas Erick Thohir, Ada yang di Merger dan Inbreng Saham

Ini Daftar Perusahaan Plat Merah yang Dipangkas Erick Thohir, Ada yang di Merger dan Inbreng Saham

Ekonomi | palembang.inews.id | Selasa, 24 Desember 2024 - 15:40
share

JAKARTA, iNewspalembang.id – Salah satu program dari 45 program unggulan Kementerian Badan Usaha Milik Negara untuk lima tahun ke depan adalah memangkas BUMN dari 47 hanya menjadi 30 perseroan saja.

Menurut Menteri BUMN, Erick Thohir, opsi yang bakal ditempuh pemegang saham untuk mengkerucutkan jumlah BUMN yakni, melalui merger atau penggabungan dan inbreng saham (transaksi yang memasukkan aset non tunai dari para pemegang saham untuk dijadikan modal perusahaan).

Hanya saja, Erick masih belum mau menyebut tentang 45 program prioritas itu, tapi dia memastikan perampingan jumlah perusahaan masih terus dilakukan.

“Mungkin ada 45 program yang kita akan dorong untuk lima tahun ke depan, termasuk bagaimana konsolidasi dari 47 perusahaan ke 30 itu,” ujar dia ketika ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/2024).

Erick mengungkapkan, sejumlah BUMN yang bakal di merger seperti PT Pelni (Persero) dan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) ke dalam PT Pelindo (Persero) dan PT INKA digabungkan ke PT KAI (Persero). 

“Salah satunya tadi yang kereta api INKA yang ini. Semua kan perlu kajian dan prosesnya juga kita tahu, tapi arahnya ya ke 30,” kata dia.

Berikutnya, ungkap Erick, para pemegang saham juga mengusulkan agar holding BUMN Rumah Sakit berada di bawah naungan PT Bio Farma (Persero) yang merupakan induk dari Holding BUMN Farmasi. 

BUMN sektor kehutanan dan perkebunan pun tidak lepas dari upaya perampingan. Kementerian BUMN berencana menggabungkan Perum Perhutani dengan Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III). Dengan bergabungnya Perhutani di bawah PTPN III, luas lahan yang dikelola perusahaan ini akan mencapai 2,2 juta hektare.

Kemudian pada sektor infrastruktur, BUMN karya yang akan dikonsolidasikan di antaranya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk atau WSKT, PT Hutama Karya (Persero), PT Nindya Karya (Persero).

Berikutnya, PT Brantas Abipraya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk atau PTPP.

Namun, dalam skemanya Waskita Karya akan di-inbreng-kan ke Hutama Karya, Nindya Karya dan Brantas Abipraya dilebur ke Adhi Karya, lalu Wijaya Karya akan dilebur ke PTPP. Jadi, dari tujuh perusahaan dikonsolidasi menjadi tiga perseroan saja.

Banyaknya jumlah BUMN, terang Erick, tidak serta-merta mencerminkan kesehatan bisnis perusahaan. Sebaliknya, dengan jumlah yang lebih ramping dan klaster yang lebih jelas, diharapkan BUMN dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan lebih sinkron dengan kebutuhan pasar.

“Ada yang bisa setahun, ada yang bisa dua tahun. Tetapi kalau yang Pelindo, Pelni, ASDP kemarin kan kita udah

sounding juga ke Menteri Perhubungan, beliau dukung karena ini bagian solusi juga,” tandas dia. 

 

 

 

 

Topik Menarik