Ekonom Ungkap Penyebab Investasi Apple ke RI Maju-Mundur, Ternyata gegara Hal Ini
JAKARTA, iNews.id - Rencana Apple menanamkan investasi di Indonesia belum menemukan titik terang. Bahkan, penawaran sempat bolak-balik, di sisi lain Apple juga tampak masih setengah-setengah untuk all out.
Melihat hal itu, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky mengatakan ada beberapa hal yang membuat Apple masih susah untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Hal pertama adalah karena kepastian hukum di Indonesia masih tertinggal dari rata-rata negara lainnya di berbagai belahan dunia. Menurut Riefky, dengan kepastian hukum yang lemah tentu membuat Apple takut untuk mengambil risiko.
"Kepastian hukum di Indonesia itu masih tertinggal dari rata-rata bahkan negara Timur Tengah, Afrika Utara, rata-rata negara Asia Timur, bahkan rata-rata negara Latin Amerika," ucap Riefky dalam diskusi Selular Business Forum, Kamis (5/12/2024).
"Jadi, kalau investasi tapi perizinannya gak keluar-keluar, regulasi perdagangannya itu berubah cukup sering, nah itu kepastian hukumnya gak ada, yang membuat investor itu jadi mempertanyakan untuk melakukan investasi di suatu negara," tutur dia.
Selain karena kepastian hukum yang cenderung labil, penyebab lain kenapa Apple belum juga berinvestasi di Tanah Air, katanya adalah karena produktivitas dan kemampuan tenaga kerja Indonesia masih kurang mumpuni.
"Kita produktivitasnya itu kalah jauh dari negara Vietnam, India, Turki, China, bahkan dari Saudi Arabia. Tenaga kerja kita juga kalah dengan China, Vietnam, India, bahkan Saudi Arabia atau Turki," ucap dia.
Riefky mengatakan dengan berbagai kelemahan yang belum juga dibenahi oleh Indonesia, akan sulit untuk membujuk Apple untuk bisa berinvestasi di dalam negeri. Hal ini mengingat Apple memiliki hitung-hitungan tersendiri untuk kelangsungan bisnisnya.
"Mungkin yang perlu diingat sekarang adalah Apple dan seluruh perusahaan global lain itu adalah entitas bisnis, bukan entitas politik. Mereka itu semua di drive oleh motif bisnis motif," ujar Riefky.
"Jadi, kalau secara bisnis lebih make sense investasi di Vietnam, di Taiwan, mereka akan melakukan itu. Bukan karena ada kedekatan geopolitik atau segala macam, kalau pun ada itu bukan motivasi utamanya," ucap dia.