Sebut Subsidi BBM Tak Tepat Sasaran, Prabowo Mau Ubah Skema jadi Tunai
JAKARTA, iNews.id - Presiden Terpilih Prabowo Subianto akan mengubah skema subsidi dari berbasis barang menjadi tunai. Hal ini dilakukan untuk mengurangi mitigasi kemiskinan karena selama ini subsidi masih kurang tepat sasaran.
"Sekarang banyak subsidi kita setelah dikaji kurang dinikmati lapisan paling bawah, karena subsidi itu adalah diarahkan ke subsidi barang, produk," tutur dia dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Senayan Jakarta Convention Center, Rabu (9/10/2024).
Meski begitu, ia belum menjelaskan secara rinci seperti apa perubahan skema tersebut. Ia hanya mengatakan pihaknya tengah mengkaji perubahan subsidi menjadi subsidi kepada penerima yang berhak.
"Kita sedang kaji, merubah subsidi menjadi subsidi kepada keluarga. Kita harus sekarang cari data by name by address setiap keluarga yang gol paling bawah," kata dia.
Prabowo berharap, setelah kebijakan itu diberlakukan maka Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Bank Nasional Indonesia (BNI), PT Pos Indonesia serta PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dapat membantu melancarkan pengiriman subsidi langsung ke keluarga miskin tersebut.
Sebelumnya, Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi menyambut baik wacana pemerintahan Prabowo-Gibran yang bakal mengubah skema penyaluran subsidi energi bahan bakar minyak (BBM) maupun listrik menjadi subsidi langsung kepada orang bukan lagi kepada barang.
Diakui Fahmy, meski jauh lebih mudah tanpa data namun skema subsidi energi kepada barang seperti yang selama ini berlaku memang masih kerap salah sasaran.
"Dan kalau tidak salah, salah sasarannya itu sekitar Rp90 triliun per tahun. Kalau dasar tahun yang lalu itu Rp90 triliun gitu ya, kalau sekarang meningkat ya mungkin Rp120 triliunan mungkin gitu ya," ujarnya ketika dihubungi MNC Portal Indonesia, Sabtu (28/9/2024).
Oleh karena itu, Fahmy mengungkapkan apabila skema subsidi energi ini mau diubah menjadi bantuan langsung tunai (BLT) maka pengeluarannya akan lebih tepat sasaran. Selain itu, implementasinya juga tentu membutuhkan data penerima yang terbaru.