Realisasi EBT di Indonesia Tembus 8.786 MW, Terbesar Pembangkit Hidro

Realisasi EBT di Indonesia Tembus 8.786 MW, Terbesar Pembangkit Hidro

Ekonomi | inews | Selasa, 4 Juni 2024 - 14:12
share

JAKARTA, iNews.id - Realisasi pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia pada 2023 mencapai 8.786 megawatt (MW). Angka ini meningkat 261 MW dibandingkan 2022 sebesar 8.525 MW.

Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo mengatakan, pembangkit listrik hidro menyumbang porsi sebesar 5.777 MW, disusul pembangkit listrik panas bumi 2.519 MW, dan sisanya berasal dari surya, angin, dan biomassa.

Dia menuturkan, dalam proses transisi energi, PLN dihadapkan pada tantangan teknis, strategis, operasional, dan juga pendanaan. Namun, perusahaan telah memetakan setiap tantangan tersebut agar dapat diatasi, dimitigasi, dan dikelola.

Bumi memanas, tugas kita adalah bagaimana memastikan kehidupan generasi mendatang lebih baik dari hari ini. Melalui transisi energi, kami terus memastikan bahwa energi yang kita gunakan bukan hanya andal tapi juga ramah lingkungan, ujar Darmawan, Selasa (4/6/2024).

Darmawan menerangkan, dalam mengakselerasi dan menjawab tantangan transisi energi yang merupakan investasi masa depan, PLN mengedepankan aspek corporate financial sustainability.

Hal ini dibuktikan dengan capaian saldo kas perusahaan pada 2023 yang meningkat menjadi Rp55,92 triliun, penurunan utang jangka panjang sebesar Rp4,24 triliun, utang jangka pendek Rp8,53 triliun yang ditopang oleh beragam inisiatif berupa Proactive Debt Management, pengendalian likuiditas, hingga sentralisasi dan digitalisasi pembayaran.

PLN terus berupaya menghadirkan listrik yang tidak hanya andal, tapi juga berkelanjutan. Di tengah upaya transisi energi, PLN terus mengembangkan pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan dengan menerapkan inisiatif keuangan yang prudent dan kokoh, ucapnya.

PLN juga masif mendorong implementasi biomassa atau co-firing PLTU sebagai substitusi batu bara. Hingga akhir 2023, program biomassa telah diimplementasikan pada 43 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN dengan memanfaatkan lebih dari 990.000 ton co-firing atau meningkat 69 persen dibanding 2022 yang hanya sebesar 586.000 di 36 PLTU.

Melalui pemanfaatan co-firing ini PLN menghasilkan energi listrik sebesar lebih dari 1 juta megawatt-hour (MWh) pada 2023, meningkat hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya, yakni 599.000 MWh.

"Teknologi co-firing merupakan sebuah terobosan dalam transisi energi di tanah air. Sebab, dengan teknologi ini, banyak manfaat yang didapatkan, selain pengurangan emisi juga akan mengurangi penggunaan energi fosil. Lebih dari itu, co-firing juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa," katanya.

Darmawan memastikan ke depannya program tersebut akan terus dilakukan secara masif, di mana pada 2025 mendatang implementasi co-firing ditargetkan dilakukan pada 52 PLTU.

Topik Menarik