Sumber Daya Alam Ukraina Senilai Rp182.000 Triliun Kini di Bawah Kendali Rusia

Sumber Daya Alam Ukraina Senilai Rp182.000 Triliun Kini di Bawah Kendali Rusia

Ekonomi | BuddyKu | Sabtu, 13 Agustus 2022 - 17:22
share

KYIV-Setelah hampir enam bulan pertempuran, invasi Rusia setidaknya telah menghasilkan satu hadiah besar yakni kontrol atas beberapa tanah paling kaya mineral di Eropa.

Ukraina memiliki beberapa cadangan titanium dan bijih besi terbesar di dunia, ladang lithium yang belum dimanfaatkan, dan deposit batu bara yang sangat besar. Secara kolektif, mereka bernilai puluhan triliun dolar.

Bagian terbesar dari deposit batu bara tersebut terkonsentrasi di timur dan selama beberapa dekade telah mendukung industri baja kritis Ukraina. Di wilayah ini Moskow telah membuat terobosan paling banyak. Hal ini menempatkan berbagai sumber daya itu di tangan Rusia.

Rusia sendiri sudah memiliki sejumlah besar sumber daya alam. Tetapi merebut wiayah ini secara strategis merusak ekonomi Ukraina. Kyiv harus mengimpor batu bara untuk pembangkit listrik mereka. Jika Kremlin berhasil mencaplok wilayah Ukraina yang telah direbutnya Kyiv akan secara permanen kehilangan akses ke hampir dua pertiga dari simpanannya.

Ukraina juga akan kehilangan segudang cadangan lainnya, termasuk penyimpanan gas alam, minyak dan mineral tanah jarang. Ini juga dapat menghambat pencarian Eropa Barat untuk alternatif impor dari Rusia dan China terkait bahan penting tersebut.

The Washington Post melaporkan skenario terburuk adalah bahwa Ukraina kehilangan tanah dan tidak lagi memiliki komoditas yang kuat.

Mengutip analisis SecDev The Washington Post melaporkan setidaknya US$ 12,4 triliun deposit energi, logam dan mineral Ukraina sekarang berada di bawah kendali Rusia. Ini sekitar Rp182.000 triliun (kurs Rp14.600)

Selain 63 persen cadangan batu bara negara itu, Moskow telah menyita 11 persen dari cadangan minyaknya, 20 persen dari deposit gas alamnya, 42 persen dari logamnya dan 33 persen dari deposit tanah jarang dan mineral penting lainnya termasuk lithium.

Menurut SecDev Rusia sat ini telah menyita menyita 41 ladang batu bara, 27 situs gas alam, 14 situs propana, sembilan ladang minyak, enam deposit bijih besi, serta beberapa situs untuk titanium, zirkonium, strontium, litium, uranium, dan emas.

Beberapa di antaranya disita selama pengambilalihan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014 atau perang dengan separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.

Tetapi sejak invasinya dimulai pada bulan Februari, Rusia terus meningkatkan kemajuannya ke Ukraina sambil merebut benteng ekonomi negara itu.

Batubara sejauh ini merupakan deposit yang paling melimpah di bagian Ukraina yang dikuasai Rusia. Sekitar 30 miliar ton deposit batu bara keras diperkirakan memiliki nilai sebesar US$11,9 triliun.

Implikasi industri baja

Kombinasi dari hilangnya bahan mentah ditambah infrastruktur yang rusak atau disita Rusia memiliki implikasi luas bagi industri inti seperti baja. Sektor yang sebelum perang menopang 4 juta orang Ukraina.

Dua pabrik besar dihancurkan atau dikuasai dalam pengepungan Mariupol. Pabrik-pabrik lain telah mengurangi produksi dan menghadapi sejumlah tantangan.

Di seluruh Ukraina banyak pabrik baja era Soviet masih menggunakan batu bara. Tetapi kerugian negara itu sudah terjadi sejak separatis yang didukung Rusia menguasai wilayah timur negara tersebut antara 2014 hingga 2017. Ini memaksa Kyiv mulai mengimpor batu bara. Pada tahun 2021 impor mencapai hampir 40 persen dari konsumsi batubara Ukraina.

Roman Opimakh, Direktur Survei Geologi Ukraina mengatakan pemerintah masih menilai dampak perang terhadap sumber daya mineralnya. Tetapi mengingat begitu banyak bahan baku Ukraina di timur dan selatan, nilai cadangan yang hilang diperkirakan melebihi yang dihitung analisis independen, katanya dikutip The Washington Post 11 Agustus 2022.

Untuk Eropa Barat, perampasan tanah yang luas di Ukraina akan menjadi kemunduran taktis. Robert Muggah, salah satu pendiri SecDev mengatakan pendudukan Rusia di wilayah Ukraina memiliki implikasi langsung bagi keamanan energi Barat. Kecuali orang Eropa dapat dengan cepat mendiversifikasi sumber minyak dan gas. Jika tidak mereka akan tetap sangat bergantung pada hidrokarbon Rusia, katanya.

Pukulan ke Ukraina jauh lebih buruk karena Rusia juga merebut pelabuhan-pelabuhan utama Ukraina dan blokade luas Laut Hitam. Beberapa analis melihat rute transit laut yang hilang lebih signifikan daripada cadangan mineral yang hilang terutama batu bara. Ini karena banyak negara telah beralih ke energi yang lebih bersih.

Anders Aslund, seorang ekonom yang telah lama mempelajari Ukraina mengatakan yang paling berisiko bagi ekonomi Ukraina adalah kehilangan pelabuhannya. Jika mereka tidak memiliki pelabuhan mereka perlu membangun infrastruktur baru untuk ekspor

Topik Menarik