Perjuangan Dua Mama Papua Ini Meracik Noken Agar Dilirik Tren Mode Dunia
JAKARTA, iNews Depok.id - Ada yang berbeda dari Anjungan Sarinah Jakarta Pusat, pada Jum'at hingga Sabtu, 20-22 Desember 2024. Pelataran kiblat tren mode Indonesia tersebut, dimeriahkan kehadiran masyarakat Papua yang memperkenal noken sebagai budaya sekaligus mode fesyen.
Dalam acara Festival Noken Tanah Papua yang digelar Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) di pusat perbelanjaan Sarinah, ada berbagai kegiatan dalam Festival Noken, mulai dari parade fesyen Noken, Pasar Seni serta pameran Noken, pertunjukan musik dan tari Papua, hingga loka karya pembuatan Noken dan pemahatan patung khas Papua yang bisa diikuti masyarakat umum.
Seperti diketahui, Noken merupakan tas tradisional asli Papua yang terbuat dari serat kulit kayu, biasanya dari kayu pohon manduam, pohon nawa, atau anggrek hutan. Umumnya noken dibuat oleh wanita Papua.
Dalam acara ini, ada kegiatan paling spektakuler yaitu pertunjukan mode pakaian atau fashion show yang memamerkan budaya Noken Papua dengan perpaduan tren masa kini. Mulai dari gaun, rompi, jas hingga setelan formal yang dipadukan dengan budaya khas Papua, yaitu Noken.
Dalam fashion show tersebut, tidak lepas dari keuletan tangan para desainer asli Papua yaitu Agusta Bunai dan Binsera Pretty S Rogi.
Mereka berhasil memadukan pakaian pada umumnya, yang dimodifikasi dengan sentuhan Noken di tiap karyanya. Ada sekiranya lima produk desain pakaian yang di-ekstensi dengan sentuhan Noken, mulai dari gaun, jas, rompi hingga dasi.
Pretty S Rogi yang berasal dari Kabupaten Papua Pegunungan mengatakan, meskipun ia berasal dari Papua Pegunungan, dalam pameran ini ia memperkenalkan budaya Noken khas pesisir.
Dalam hal ini, Noken yang berasal dari daerah Papua Pegunungan, biasa menggunakan akar anggrek atau daun pandan besar, sedangkan pada daerah pesisir, Noken biasanya terbuat dari daun tikar atau ilalang rawa.
Desainer yang akrab disapa Pretty Rogi ini memamerkan lima pakaian yang unik, yaitu paduan jas dan dasi, begitu juga pada rompi yang dipamerkan.
"Ada lima yang menggunakan Noken hasil ekstensi seperti yang saya gunakan dua dalam bentuk baju, satu dalam bentuk rompi, satu bentuk jas dan menggunakan dasi loh. Padahal kan orang dahulu kita tidak menggunakan dasi loh, tapi saya terjemahkan dalam noken kulit kayu," ujar Pretty Rogi saat diwawancarai iNews, Minggu (22/12/2024).
"Karena kami dari Papua pesisir dari ujung kepala cendrawasih hingga ekornya, mereka gunakan kulit kayu (untuk membuat Noken). Dan Noken kulit kayu itu saya terjemahkan dalam bentuk gaun dan juga jas yang dipadukan, dan juga punya dasi, dan di sini saya lihat luar biasa budaya kita apalagi kalau bisa digabung dari seluruh Indonesia," imbuhnya.
Dua desainer asal Papua dari kiri ke kanan; Agusta Bunai dan Pretty S Rogi. (Foto: iNews/Tama)
Bukan tanpa niat Pretty memodifikasi kostum yang ia buat. Ia berharap kepada masyarakat pada umumnya, agar budaya Noken dapat dikenal di Indonesia, bahkan begitu juga dilirik dunia mode internasional.
"Jadi kami buat itu untuk inovasi dalam bentuk baju. Karena di manapun mereka akan pergi (Noken) itu akan melekat," harapnya.
Sinopsis Sinetron Terbelenggu Rindu Eps 45, Sabtu, 23 November 2024: Penyelidikan Biru Berlanjut
"Karena jujur saja dengan zaman canggih seperti ini banyak orang muda sudah tidak peka dengan budaya seperti itu, saya harap dengan acara ini kami bisa tampil dengan 10 desain baju yang dipamerkan waktu itu, boleh memberikan informasi bahwa kita back to the culture sebagai filosofi hidup seperti itu," tambah Pretty.
Dalam Festival Noken Tanah Papua ini, Pretty juga berharap pemerintah sering mengadakan festival semacam ini, agar generasi muda ini bangga memiliki budaya yang dimiliki Indonesia saat ini.
Senada dengan Pretty, Agusta Bunai juga mengapresiasi langkah Kemenbud dengan mengadakan Festival Noken Tanah Papua. Mengingat Noken sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda yang berasal dari Indonesia.
"Saya melihat ini acara yang positif dan baik sekali, semoga sering-sering dibuat ya di Jakarta atau kota-kota besar lain di Indonesia. Untuk bagaimana kita mengangkat Noken, karena Kita tahu bersama bawa noken adalah tas tradisional Papua yang sudah tercatat di UNESCO pada 2012 sebagai budaya warisan tak benda, jadi wajib hukumnya untuk kita melestarikan. Apa itu Noken bagaimana fungsinya dan bagaimana memproduksinya dari generasi ke generasi," kata Agusta.
Ia mengaku, dengan acara pameran kali ini sebagai wadah informasi pendidikan kepada masyarakat luas untuk mempelajari budaya Noken lebih detail.
"Dan (acara) Noken ini bagus sekali, dari tiga hari ini pengunjung jadi tahu, apa itu Noken. Meskipun mereka sudah tahu Noken sudah tercatat (UNESCO) tetapi mereka banyak belum paham tentang Noken, jadi acara ini kesempatan bagi kita untuk cerita kepada masyarakat. Bagaimana kita memberitahu apa itu Noken, bagaimana filosofinya, apa fungsinya bagi masyarakat Papua," ujar Agusta.
Budaya Noken khas Papua yang dikemas dalam berbagai busana. (Foto: iNews/Tama)
Dalam fashion show kali ini, Agusta Bunai memamerkan lima jenis pakaian dengan imbuhan Noken khas pedalaman Papua yang terbuat dari batang bunga anggrek dan kulit kayu.
"Jadi kalau saya menurunkan lima produk desain fesyen, dalam edisi emas hutan Papua, jadi kalau saya menunjukkan sisi Noken termahal di Papua yaitu Noken anggrek yang saya kolaborasi dengan Noken kulit kayu," kata Agusta.
Festival Noken Tanah Papua dibuka oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon didampingi Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha di Sarinah Mall, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024). Turut hadir pula sejumlah pimpinan pemerintah daerah (Pemda) Papua, hingga beberapa duta besar negara sahabat.
“Festival ini berfungsi sebagai platform untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Indonesia yang sebelumnya telah diakui oleh UNESCO,” kata Fadli Zon.
Pembukaan acara ditandai dengan fashion show Noken di dalam Mal Sarinah yang dibawakan oleh muda-mudi asal Papua. Berbagai pakaian mode khas Papua yang lengkap dengan paduan Noken karya desainer Yurita Puji, Agusta Bunai, Pretty S Rogi membuat kagum para penonton dan pengunjung mal.
Menurut Fadli Zon, Kementerian Kebudayaan ingin mempromosikan Noken sebagai sebuah produk budaya yang dapat dikembangkan, dari yang biasanya dipakai untuk ke pasar oleh Mama-mama Papua, menjadi sebuah karya mode.
“Kalau diterjemahkan dalam dunia fesyen, Noken juga sangat menarik, unik, dan sangat khas. Dan sangat cantik, indah. Apalagi dibuatnya dengan pewarna-pewarna alam, dan bahan-bahan yang ramah lingkungan,” pungkasnya.