Pupuk Organik Jadi Langkah Strategis Dukung Swasembada Pangan dan Pelestarian Lingkungan

Pupuk Organik Jadi Langkah Strategis Dukung Swasembada Pangan dan Pelestarian Lingkungan

Gaya Hidup | depok.inews.id | Jum'at, 6 Desember 2024 - 19:30
share

JAKARTA, iNews Depok.id – Pupuk organik berbasis Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) Biogas menjadi salah satu langkah strategis dalam mendukung swasembada pangan nasional. Program ini merupakan bagian dari visi besar Presiden Prabowo Subianto melalui Asta Cita. Selain mampu menekan biaya produksi, pupuk organik juga dianggap sebagai solusi efektif untuk mengatasi pencemaran lingkungan.

Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI), melalui program UPLAND, terus mendorong penerapan pertanian ramah lingkungan. Salah satu fokus utama program ini adalah mendorong petani memproduksi pupuk organik secara mandiri menggunakan teknologi fermentasi anaerob.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Andi Nur Alam Syah, menyebutkan bahwa UPPO Biogas adalah alternatif penting dalam mewujudkan swasembada pangan.

"Penggunaan pupuk organik tidak hanya mendukung keberlanjutan ekosistem, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang merusak lingkungan," ujar Andi, Jum'at (6/12/2024).

Andi menambahkan, penggunaan pupuk organik memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan unsur hara tanah seperti kadar karbon organik, yang saat ini menurun di banyak lahan pertanian Indonesia. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah, sehingga lebih subur dan menekan biaya produksi, yang sangat membantu petani.

Sementara fermentasi anaerob sebagai proses utama pembuatan pupuk organik, memiliki beberapa keunggulan di antaranya mematikan bakteri patogen yang dapat merugikan tanaman, meningkatkan kualitas nitrogen dengan kadar amonia yang jauh lebih rendah, dan menghasilkan mikroorganisme baik melalui tambahan mikroorganisme lokal (MOL), yang bermanfaat bagi tanah.

"Pupuk organik ini tidak hanya mendukung ketahanan pangan, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan, sehingga mendukung pertanian yang maju, mandiri, dan modern," jelas Andi.

 

Andi menambahkan bahwa UPPO Biogas juga mendukung tujuan sustainable development goals (SDGs), terutama dalam pengurangan dampak perubahan iklim dan pelestarian lingkungan.

"Kesadaran dan kemampuan menerapkan pertanian berkelanjutan adalah tanggung jawab bersama, untuk generasi saat ini dan masa depan bangsa," tegasnya.

Project Management Unit UPLAND, Muhammad Ikhwan, menjelaskan bahwa program ini memberikan pelatihan kepada petani untuk membuat pupuk organik dari bahan-bahan lokal, seperti serbuk gergaji, sekam padi, limbah organik rumah tangga, hingga kotoran ternak.

"Unit Pengelolaan Pupuk Organik (UPPO) merupakan salah satu program yang bisa menjadi solusi atas keterbatasan pupuk subsidi. Fermentasi anaerob menghasilkan pupuk berkualitas tinggi yang jauh lebih baik dibandingkan pupuk kompos biasa. Program ini sederhana dan bisa dilakukan dalam skala rumah tangga," ungkap Ikhwan.

Hasil penerapan program ini telah terlihat di berbagai lokasi binaan seperti Magelang, Lombok, Banten, dan Tasikmalaya.

Petani di wilayah tersebut melaporkan peningkatan kualitas dan kuantitas hasil panen, dengan harga jual beras organik yang lebih tinggi dibandingkan beras non-organik.

 

Selain itu, biogas sebagai produk sampingan dari proses fermentasi juga dapat dimanfaatkan, meskipun dalam skala rumah tangga. Teknologi ini dinilai ramah lingkungan karena mampu mengurangi emisi gas metana, salah satu penyebab gas rumah kaca.

Dosen Universitas Mataram (Unram), I Gusti Lanang Media, menyebut langkah tim UPLAND dalam mengembangkan UPPO Biogas sebagai strategi yang tepat untuk memajukan pertanian Indonesia. Menurutnya, teknologi biogas sudah dikenal cukup lama, tetapi belum berkembang secara optimal.

"Jika dikelola dengan baik, instalasi biogas dapat membantu petani mengembangkan pertanian organik yang lebih efisien," ujarnya.

Lanang juga menilai pelatihan dan fasilitas yang diberikan program ini memiliki manfaat jangka panjang. "Program ini bukan hanya untuk 1-2 tahun, tetapi untuk selamanya. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari program ini bisa dilanjutkan, dikembangkan, bahkan dibagikan ke petani lain," jelasnya.

Namun, ia menekankan pentingnya semangat dan komitmen petani dalam menjalankan program ini.

"Semangat tanpa komitmen tidak akan menghasilkan apa-apa. Keduanya harus berjalan beriringan agar pertanian bisa berkembang," pungkasnya.

Topik Menarik