WALHI Ungkap Kawasan Puncak Bogor Berpotensi jadi Penyebab Bencana di Wilayah Bodetabekjur

WALHI Ungkap Kawasan Puncak Bogor Berpotensi jadi Penyebab Bencana di Wilayah Bodetabekjur

Terkini | bogor.inews.id | Minggu, 12 Januari 2025 - 21:50
share

BOGOR, iNewsBogor.id - Pembangunan villa, perumahan, kondominium dan resort di Kawasan Wisata Puncak Bogor dan sekitarnya berpotensi menimbulkan bencana di Wilayah Bodetabekjur (Bogor,Depok,Tanggerang,Bekasi,Cianjur) karena telah terjadi perubahan bentang alam di kawasan wisata puncak dan sekitarnya.

Direktur Wahana Lingkungan Hidup ( WALHI) Jabar, Wahyudi mengungkapkan, selama 5 tahun terakhir sebanyak 10 hektar lahan hijau yang selama ini menjadi daerah resapan air di kawasan wisata Puncak Bogor telah berubah pungsi menjadi perumahan,villa,resort dan kondominium sehingga mempengaruhi kondisi perubahan bentang alam.

"Puncak itu kan punya pungsi konservasi dan lindung, artinya pengembangan perluasan wisata, perumahan,villa dan kondominium mestinya itu di hindari. Kenapa?? Bisa dikatakan pada gempa tahun 2023 di Cianjur lalu itu harusnya menjadi cermin bagi Pemerintah karena gempa Cianjur itu merupakan titik terparah gempa bumi. Artinya. Itu tidak hanya bencana alam tapi ada faktor pemicu yaitu perubahan bentang alam di kawasan konservasi dan di kawasan resapan air," ungkap Wahyudi, Jumat (9 /1/2025) lalu.


Marak penjualan kavling mendorong pembangunan proverty secara jorjoran di Kawasan Wisata Puncak Bogor. (Foto : Istimewa/WALHI)

Selain pembangunan resort,dan pengembangan wisata alam,faktor lain pemicu perubahan bentang alam lainnya adalah maraknya pembangunan perumahan, dan kondominium disejumlah titik di kawasan wisata puncak dan sekitarnya.

 

"Pembangunan perumahan,resort itu juga mempengaruhi bentang alam yang ada di lansdcape puncak itu sendiri sehingga konstruktur tanah itu terganggu dan ketika ada kegiatan perumahan dan kondomium dia juga membutuhkan kebutuhan air yang sangat besar dan tidak hanya perubahan bentang alamnya tapi juga pengambilan air bawah tanah cenderung meningkat, harus nya ini ada sikap dari Pemerintah untuk membatasi pebangunan perumahan dan villa yang merubah bemtang alam itu sendiri," jelasnya.

Pemerintah diminta segera bersikap atas dan membatasi maraknya pembangunan villa dan perumahan yang berpotensi merubah bentang alam tersebut karena puncak ini merupakan paku bumi dan posisinya sangat penting bagi wilayah lainnya seperti Cianjur dan Sukabumi serta wilayah lainnya.

"Ketika terus mengalami perubahan bentang alam atau alih pungsi semakin marak oleh kegiatan perumahan,resort, atau villa maka dia akan mempengaruhi daya dukung dan kestabilan yang ada dan bisa memicu bencana banjir,longsor dan juga memicu terhadap patahan sasar yang ada dipuncak itu sendiri apalagi ketika gempa kondisinya bisa lebih parah," beber Wahyudi.

Wahana Lingkungan Hidup ( WALHI) juga meminta pemerintah melakukan pemeriksaan dan kajian ulang terhadap dokumen Bodetabekjur yang memproyeksikan pertumbuh ekonomi dikawasan tersebut sehingga tidak ada lagi penyimpangan penggunaan alih fungsi lahan.

 

"Dokumen Rencana Tata Ruang dan Kawasan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dikawasan tersenbut sebaik dikaji ulang, pertumbuhan ekonomi sangat dibolehkan tapi jangan kemudian mengesampingkan daya dukung dan daya tampung lingkungan," kata Wahyudi.

Sementara itu dari hasil pantauan WALHI di Kawasan Puncak yakni di Kecamatan Ciawi  Megamemendung dan Cisarua saat ini marak penjualan tanah kavling dengan peruntukan bagi perumahan, resort dan kondominium tanpa aturan yang jelas.

Hasil penelusuran, lahan kavling tersebut ditenggarai dimiliki oleh sejumlah kalangan dikelola lewat orang perorang yang berusaha memasarkannya kepada masyarakat luas baik secara online maupun offline. 

Topik Menarik