Fakta-Fakta Ojol Protes Terkait Besaran THR 2025

Fakta-Fakta Ojol Protes Terkait Besaran THR 2025

Berita Utama | okezone | Rabu, 26 Maret 2025 - 11:05
share

JAKARTA - Fakta-fakta ojol protes terkait besaran THR 2025. Di mana THR sudah mulai ditransfer ke masing-masing dompet digital para driver. 

Keluhan para driver berpusat pada besaran Bonus Hari Raya (BHR) atau Tunjangan Hari Raya (THR) yang dinilai sangat kecil, bahkan ada yang hanya mendapatkan Rp50.000. Hal ini memicu perdebatan mengenai kebijakan dan skema perhitungan BHR yang diterapkan oleh perusahaan aplikator.

Berdasarkan laporan dari berbagai sumber terpercaya yang dirangkum oleh Okezone, sejumlah mitra ojol menyatakan kekecewaannya terhadap besaran THR yang dianggap tidak sebanding dengan kerja keras mereka sepanjang tahun. Skema pemberian THR ini ditentukan berdasarkan beberapa kategori, yang menurut driver kurang transparan dan adil.

Berikut beberapa fakta terkait protes driver ojol mengenai besaran THR 2025:

Besaran THR yang Dipermasalahkan

Sejumlah pengemudi hanya mendapatkan THR sebesar Rp50.000, meskipun pendapatan tahunan mereka mencapai Rp33 juta.

Besaran THR tertinggi yang diterima driver roda dua dilaporkan mencapai Rp900.000, sedangkan driver roda empat bisa mencapai Rp1,6 juta. 

Kategori THR Berdasarkan Performa

Perusahaan aplikator menerapkan kategori berdasarkan performa mitra selama periode tertentu.

Kategori tertinggi disebut "Mitra Juara Utama," dengan nominal THR terbesar.

Kategori lain seperti "Mitra Juara," "Mitra Unggulan," dan "Mitra Andalan" mendapatkan jumlah yang lebih kecil.

Kriteria Perhitungan THR

Dihitung berdasarkan jumlah hari aktif mitra.

Dipengaruhi oleh jam online dan jumlah order yang diselesaikan.

Persentase penyelesaian dan penerimaan order juga menjadi faktor penentu.

 
 

Respon Perusahaan Aplikator

Pihak perusahaan aplikator menanggapi keluhan driver dengan menyatakan bahwa pemberian THR telah disesuaikan dengan tingkat kontribusi setiap mitra dalam sistem. Menurut mereka, besaran THR yang diterima para driver dihitung berdasarkan berbagai faktor, termasuk jumlah order yang diselesaikan, tingkat keaktifan, serta performa keseluruhan dalam aplikasi. Mereka juga mengklaim bahwa skema ini telah ditentukan dengan transparansi dan perhitungan yang jelas. Kendati demikian, banyak pengemudi merasa bahwa sistem ini masih kurang adil, terutama bagi mereka yang telah bekerja penuh waktu tetapi tetap menerima jumlah yang kecil. Pihak aplikator juga menegaskan bahwa kebijakan ini telah melalui evaluasi internal dan disesuaikan dengan kondisi industri saat ini.

Polemik mengenai besaran THR bagi driver ojol ini mencerminkan ketidakpuasan mitra terhadap sistem insentif yang diterapkan oleh perusahaan. Sejumlah pengemudi berharap ada revisi terhadap skema perhitungan THR agar lebih adil dan transparan. Sementara itu, perusahaan aplikator masih mempertahankan kebijakan ini dengan alasan berbasis performa.