Diabetes pada Anak Terus Meningkat, Ini Gejalanya!
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Kasus Diabetes Melitus (DM) tipe 1 pada anak usia 12 hingga 18 tahun menunjukkan peningkatan signifikan, mencapai 70 persen dalam rentang waktu 2010–2023. Saat ini, tercatat sebanyak 1.645 anak di Indonesia mengidap DM tipe 1. Hal ini menegaskan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah komplikasi yang serius.
“Saya sangat terkejut mengetahui banyak anak-anak, termasuk di Indonesia, yang sudah menderita diabetes tipe 1 sejak usia dini. Jika tidak ditangani dengan cepat, penyakit ini bisa berakibat fatal,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Peringatan Hari Diabetes Sedunia di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, Minggu (24/11/2024).
Budi menambahkan, diabetes tipe 1 yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi serius hingga kematian. Oleh karena itu, diperlukan program skrining kesehatan khusus untuk anak-anak guna mendeteksi diabetes lebih awal dan memastikan penanganan yang cepat. Dengan begitu, peluang anak-anak untuk hidup sehat dapat meningkat secara signifikan.
“Kami mengapresiasi kerja sama antara Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan pihak-pihak terkait yang telah mengembangkan aplikasi PrimaKu. Aplikasi ini, yang terintegrasi dengan platform Satu Sehat, diharapkan dapat mempermudah pemantauan dan tindak lanjut pasien diabetes secara lebih efektif, serta membantu memberikan pengobatan yang lebih baik,” jelas Budi.
Ketua IDAI, Dr. Aman B. Pulungan, menjelaskan bahwa ada beberapa gejala khas pada anak yang mengidap DM tipe 1. Gejala tersebut meliputi perubahan pola makan dan minum, serta kondisi fisik yang terlihat lesu. Anak yang mengalami diabetes tipe 1 biasanya banyak makan, banyak minum, sering buang air kecil, berat badan menurun, dan tampak lemas. Gejala ini perlu diwaspadai oleh orang tua.
Dr. Aman juga mengungkapkan bahwa kampanye edukasi melalui poster dan selebaran di Puskesmas serta RSUD telah membantu menekan jumlah kasus Ketoasidosis Diabetik (KAD) pada pasien baru. Sebelumnya, 70 persen pasien baru mengalami KAD, tetapi kini angkanya berhasil ditekan menjadi 35–40 persen.
“Pada kasus KAD, gejalanya meliputi sesak napas dengan bau napas seperti keton, yang sering disangka gejala asma, nyeri perut yang menyerupai usus buntu, atau bahkan pneumonia,” tutup Dr. Aman.