Hadapi Era Digital, Mendikdasmen: Pemuda sebagai Kekuatan Pemersatu!

Hadapi Era Digital, Mendikdasmen: Pemuda sebagai Kekuatan Pemersatu!

Berita Utama | okezone | Sabtu, 26 Oktober 2024 - 10:09
share

JAKARTA - Peran pemuda sebagai kekuatan pemersatu dalam menghadapi tantangan polarisasi di era digital. Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 telah menjadi bukti sejarah akan lahirnya semangat keindonesiaan, meskipun saat itu Indonesia belum berdiri sebagai negara dan masih terpecah berdasarkan suku, ras, agama, dan  bahasa.

Demikian diutarakan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, saat Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) dalam rangka Hari Sumpah Pemuda yang diadakan Maarif Institute dan Institut Leimena bertajuk “Peran Pemuda di Era Digital dalam Memperkuat Kerja Sama Lintas Agama dan Budaya di Dunia yang Terpolarisasi”.

“Momentum peringatan Sumpah Pemuda menjadi bagian penting dari penegasan tentang peranan kaum muda dalam memajukan bangsa dan negaranya, dan betapa pentingnya peranan kaum muda sebagai kekuatan pemersatu,” kata Mendikdasmen

Abdul Mu’ti menyampaikan sambutan kunci dalam webinar tadi malam dari lokasi retreat para menteri di Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah.

“Pertama-tama, saya mohon maaf tidak bisa hadir di awal (webinar), baru saja selesai acara dengan Presiden Prabowo Subianto di Magelang, di komplek Akademi Militer. Ini masih di tengah acara retreat dengan para menteri Kabinet Merah Putih dan para pejabat tinggi negara setingkat menteri,” ujarnya kepada lebih dari 2.200 peserta webinar dari berbagai negara.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, ini mengatakan, Sumpah Pemuda yang akan diperingati tanggal 28 Oktober nanti, adalah tonggak sejarah penting dalam rangkaian menuju kemerdekaan Indonesia.

Sumpah Pemuda menjadi tonggak bagi lahirnya kedaulatan Indonesia dalam hal kedaulatan budaya (cultural sovereignty), kedaulatan politik (political sovereignty), dan kedaulatan wilayah (territorial sovereignty).

“Kedaulatan budaya terwujud dalam kesepakatan para pemuda dari berbagai organisasi keagamaan dan kedaerahan untuk bersama-sama menyatakan bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia,”tuturnya.

Menurutnya, belum ada dalam catatan sebuah negara seperti Indonesia yang memiliki lebih dari 700 bahasa daerah, lebih dari 300 suku bangsa, dan ribuan pulau baik besar maupun kecil.

Kedaulatan politik artinya Sumpah Pemuda menjadi momentum Indonesia secara politik menyatakan kemerdekaan. Sedangkan, kedaulatan wilayah ditandai dengan pengakuan Indonesia sebagai negara kepulauan setelah perjuangan panjang mantan perdana menteri, Ir. Djuanda Kartawidjaja, dalam berbagai lobi politik internasional.

“Dalam konteks sejarah, menurut saya Sumpah Pemuda merupakan capaian politik yang tidak mudah karena Indonesia saat itu masih terdiri dari banyak sekali Kerajaan dan banyak sekali budaya dan bahasa,” ujarnya.

 

Tantangan Era Digital

Mendikdasmen mengatakan Sumpah Pemuda menghadapi tantangan karena munculnya sejumlah kecenderungan dalam era digital saat ini. Di satu sisi, era digital memudahkan orang berinteraksi dengan siapa, kapan, dan dimana saja, namun di sisi lain cenderung menjebak dalam kedangkalan berpikir. Orang tidak berpikir secara utuh dan mendalam, sebaliknya jumping to conclusion, sehingga menyebabkan pengambilan sikap yang keliru.

Era digital juga membuat kecenderungan konformitas yaitu orang-orang merasa nyaman berhimpun dengan mereka yang sepaham atau kelompoknnya sendiri. Ditambah, kecenderungan seseorang mengakses berbagai macam informasi digital bukan demi mencari kebenaran, namun demi mencari pembenaran.

“Ini menjadi persoalan serius sehingga teknologi digital kadang menimbulkan bukan masyarakat semakin dekat, tapi bisa berdampak kepada pembelahan sosial, divided atau exclusive society,” terangnya.

Oleh karena itu, pemuda perlu bersikap terbuka terhadap perbedaan sebagaimana teladan para pemuda masa lalu saat mengikrarkan Sumpah Pemuda. Para pemuda masa itu membangun sebuah entitas baru bernama Indonesia, tanpa meninggalkan identitas kultural mereka antara lain sebagai Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera, Jong Celebes, atau Jong Islamieten Bond.

“Generasi muda, generasi milenial, atau generasi Y dan Z, memang perlu berinteraksi lebih terbuka dengan yang lain dan perlu disediakan ruang-ruang perjumpaan lebih banyak,” tutup Abdul Mu’ti.

Topik Menarik