Apa Itu Fenomena Bulan Kembar? Cek Penjelasan Pakar BRIN di Sini

Apa Itu Fenomena Bulan Kembar? Cek Penjelasan Pakar BRIN di Sini

Berita Utama | indramayu.inews.id | Rabu, 25 September 2024 - 20:57
share

iNewsIndramayu.id - Baru-baru ini, fenomena yang disebut bulan kembar menjadi perbincangan hangat di media sosial.

Banyak orang menganggapnya sebagai peristiwa astronomis yang langka, di mana dua bulan muncul bersamaan di langit.

Namun, menurut peneliti utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, istilah bulan kembar ini kurang tepat.

Dia menegaskan bahwa Bumi hanya memiliki satu satelit alami, yaitu bulan.

"Bulan adalah satu-satunya satelit alami bumi yang ukurannya besar dan terlihat dengan mata telanjang," katanya dilansir dari laman BRIN, pada Rabu, 25 September 2024.

Terkadang, objek lain seperti asteroid bisa terjebak dalam orbit Bumi, yang sering disebut sebagai "mini moon" atau "bulan mini".

Thomas juga menjelaskan tentang Asteroid 2024 PT5, yang akan terlihat dari 29 September hingga 25 November 2024.

Dia menyarankan bahwa istilah "bulan kembar" lebih baik diganti dengan "Asteroid 2024 PT5".

Asteroid ini bukan bulan kedua. Tetapi karena terjebak sementara dalam orbit bumi, beberapa media menyebutnya sebagai 'bulan mini'," tambah Thomas.

Dengan ukuran sekitar 10 meter, Asteroid 2024 PT5 jauh lebih kecil daripada bulan, sehingga tidak akan terlihat seperti bulan purnama.

Orbitnya tidak sempurna dan akan mengelilingi Bumi hanya sekali sebelum kembali ke orbitnya mengelilingi matahari.

Meski begitu, Thomas memastikan bahwa fenomena ini tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi.

Ukurannya yang kecil membuatnya kemungkinan terbakar di atmosfer jika masuk ke Bumi.

Kasus serupa pernah terjadi pada tahun 2009 di Bone, Sulawesi, tanpa menimbulkan kerugian.

Namun, masyarakat harus tahu bahwa fenomena ini tidak dapat diamati dengan mata telanjang.

Asteroid ini akan terlihat redup dan kecil, sehingga teleskop yang cukup besar diperlukan untuk mengamatinya.

Observatorium dengan teleskop canggih di seluruh dunia sudah bersiap untuk mengamati pergerakannya.

Thomas mendorong masyarakat untuk tidak khawatir.

Asteroid semacam ini sering kali terdeteksi dan tidak berbahaya. Asteroid seukuran itu pernah jatuh di perairan Bone, Sulawesi, pada 2009. Namun, karena orbitnya terjebak di gravitasi bumi untuk sementara waktu, ia dianggap menarik untuk diamati oleh para astronom," kata Thomas.

Meskipun tidak semua orang dapat melihatnya, fenomena ini mengingatkan kita bahwa banyak benda di tata surya yang dapat memberikan kejutan.***

Topik Menarik