Dicoretnya Nama Tan Malaka dari Daftar Pahlawan Nasional, Terjadi Sejak Orde Baru
Nama Tan Malaka terdengar cukup asing bagi sebagian orang, khususnya dalam jajaran nama pahlawan nasional. Hal ini menjadi wajar lantaran namanya memang dihapus dari daftar sejak pemerintahan Orde Baru.
Padahal, jasa Tan Malaka untuk kemerdekaan Indonesia sangatlah besar. Lantaran beliau memiliki semangat yang tinggi untuk mendorong Indonesia mendapatkan kedaulatannya usai kemerdekaan 1945.
Dikutip dari jurnal sejarah \'Pahlawan yang Terlupa\', diungkapkan alasan Tan Malaka dihapus dari daftar lantaran sikap revolusionernya yang tinggi.
Hal ini wajar saja, lantaran Tan Malaka telah lama tinggal di luar negeri sehingga mendapatkan mindset yang luas akan perubahan suatu bangsa. Namun, visi ini justru membuat dirinya seakan menjadi pembangkang bangsa hingga harus mendapatkan sikap yang tidak baik beberapa kali dari negara.
Sikap Tan Malaka untuk kedaulatan negara
Saat memutuskan pulang ke Tanah Air pada 1942, Tan Malaka pun menjadi juru tulis dan pengurus administrasi Romusa dengan nama samaran Ilyas Husein.
Di sana, ia memantau kondisi rakyat yang dipergunakan sebagai alat Jepang dengan iming-iming kemerdekaan. Hingga pada saat kemerdekaan berkumandang, ia pun membongkar identitasnya dengan menemui teman lamanya Ahmad Subardjo.
Sebulan setelah proklamasi , Tan Malaka mengusulkan dalam rapar raksasa yang dihadiri 20.000 orang untuk mengukuhkan kedaulatan. Sikapnya ini menarik Soekarno dan Hatta untuk menariknya masuk ke dalam jajaran pemerintahan.
Namun, Tan menolak lantaran menurutnya ia bisa menyokong Soekarno-Hatta dari belakang.
"Di waktu sekarang Saudara berdua, Soekarno-Hatta, sudah tepat itu. Biarlah saya menyokong dari belakang dengan mengerahkan rakyat di belakang Saudara," kata Tan Malaka saat bertemu Bung Karno dan Bung Hatta.
Kekesalan Tan Malaka
Usai tawaran tersebut ia tolak, ia pun harus menerima kekecewaan dari sikap Soekarno, Hatta dan juga Sjahrir akibat kedatangan Belanda dengan membonceng Sekutu ditanggapi dan disambut dengan jalan diplomasi.
Tan yang mengetahui itu langsung berang dan menimbulkan perpecahan. Pendukung Tan Malaka pun membentuk Persatuan Perjuangan pada Januari 1946 yang lahir ide kudeta pada pemerintahan Sjahrir sebagai perdana menteri kala itu.
Namun upaya kudeta ini gagal, yang menjadikan Tan Malaka sebagai seorang makar. Pada 23 Maret 1946, Tan Malaka, Ahmad Soebardjo, Soekarni dijebloskan ke dalam penjara dan keluar dua tahun kemudian.
Berulah lagi dan dieksekusi
Usai menjalani hukuman tersebut, ketiganya mengumpulkan massa dan menegaskan partai dengan gagasan antifasisme, antiimperialisme, dan antikapitalisme.
Akan tetapi, lagi-lagi gerakan ini kembali dinilai membahayakan sehingga ketiganya kembali diburu untuk dieksekusi. Tan Malaka yang melarikan diri ke Jawa Timur, harus rela ditangkap oleh Letnan Dua Sukoco. Ia pun dieksekusi mati oleh Suradi Tekebek dan dimakamkan di Kediri.
Meski Soekarno mengangkat nama Tan Malaka sebagai salah satu pahlawan nasional pada 28 Maret 1963, namun sata Orde Baru namanya dihilangkan dari sejarah bahkan tak pernah dibahas di pelajaran sekolah.