Berawal dari Iseng, Gadis Ini Sukses Usaha Banana Crakers Sampai Bisa Bayar Kuliah Sendiri
Irma Fatmawati (21) awalnya tidak menyangka kalau aksi coba-cobanya membuahkan hasil yang sangat legit. Selegit pisang kepok kuning yang ia olah setiap hari.
Awalnya Irma memang hanya iseng-iseng saja. Ia membeli pisang kepok kuning dari tetangganya seharga Rp50 ribu. Pisang tersebut lalu ia buat keripik dan dibaluti tepung cokelat dan tepung rasa keju.
Kripik pisang buatannya lalu ia jual. Per bungkus seberat 50 gram, ia banderol Rp6 ribu. Sementara untuk kemasan 600 gram harganya Rp10 ribu. Sedangkan untuk kemasan toples seberat 150 gram ia jual Rp17 ribu.
Keripik pisang yang ia beri nama Banana Crackers tersebut, lalu ia tawarkan ke teman-teman kampusnya.
"Awalnya saya menjual ke kawan-kawan saya di kampus. Dari modal Rp50 ribu saya jual menjadi Rp70 ribu. Sejak saat itulah saya semangat untuk mengolah pisang dan berjualan," kata gadis usia 21 tahun tersebut.
Irma yang tinggal di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah ini juga punya misi lain dalam membangun usaha. Ia ingin membantu warga desanya yang kebetulan menanam pisang namun sepi pembeli.
"Potensi pisang di sini masih sangat banyak. Saya dibantu kedua orangtua dan keluarga lain dalam mencari pisang," kata Irma.
Dalam memproduksi kripik pisang, ia mengaku tak menentu. Semua tergantung seberapa banyak persediaan pisang yang ada. Juga mempertimbangkan tugas kuliah, padat atau tidak.
"Kalau tugas kuliah banyak sementara persediaan pisang sudah ada, ya memilih untuk menunda dulu dalam mengolah. Hal ini agar hasil kripik pisangnya selalu fresh," imbuh Irma.
Sekali produksi rata-rata 35 sampai 40 kilogram. Kripik pisang yang usai digoreng masih hangat, segera dibaluri dengan tepung cokelat atau keju tersebut. Menaburinya tidak cukup sekali, ia guling-gulingkan berkali-kali, agar tepungnya tebal.
Dalam sekali produksi, Irma bisa meraup omzet hingga Rp5 juta. Semua hasilnya ia gunakan untuk biaya kuliah.
"Untuk membayar kuliah. Saya sejak dulu berprinsip, tidak mau meminta uang pada orangtua untuk membayar kuliah. Sehingga saya memutuskan untuk kerja mencari uang sendiri," tutur Irma.
Sebelum berjualan Banana Crackers, Irma pernah bekerja setahun setelah lulus dari SMK. Begitu dirasa uangnya cukup, ia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Yogyakarta mengambil jurusan Ekonomi Pembangunan.
Namun dalam perjalanannya, uang tabungan yang tidak seberapa itu lama-lama habis. Sementara ia belum mempunyai pekerjaan sampingan lainnya. Lalu muncullah ide membuat Banana Crackers tersebut.
Usaha ini sudah ia geluti sejak dua tahun yang lalu, saat kuliahnya masih semester satu. Penjualan Banana Crakers menggunakan media sosial. Pembeli paling jauh dari Wakatobi, Sumatera Barat, Makasar, paling banyak dari Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Beli Token Listrik Diskon 50
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Lets join Z Creators dengan klik di sini .