Miris! Habiskan Anggaran 6 Miliar Pasar Tradisional Waiwerang Mubasir
ADONARA,iNewsBelu.id - Habiskan anggaran pembangunan 6 Miliar Pasar Tradisional Waiwerang Di Kecamatan Adonara Timur mubasir. Bangunan megah yang terletak di pusat kota kecamatan Adonara Timur ini dibangun pada Tahun 2018 lalu dengan ditandai peletakan baru pertama oleh wakil bupati Flores Timur Agustinus Payong Boli.
Pasar Waiwerang merupakan pasar paling ramai setelah pasar Inpres Larantuka, namun sayangnya bangunan pasar yang dibangun menghabiskan uang 6 miliar itu kita mubasir dan tak berpenghuni.
Pantauan iNews Pasar modern ini berdiri kokoh namun hanya di kelilingi oleh ara pedagang yang memilih berjualan di luar gedung mewah jni.
Mama Perada salah satu pedagang mengatakan dirinya lebih memilih jualan di luar gedung karena tempatnya lebih luas dibandingkan dengan lapak dalam pasar yang bangun. Bagi pedagang lapak yang ada dalam gedung pasar ini berukuran kecil dan tidak bisa menampung barang-barang dagangan.
Pohon Tumbang Timpa 2 Orang, Bhabinkamtibmas Polsek Pondok Gede Ini Gercep Evakuasi Korban
" Pak itu lapak dalam pasar itu sangat kecil tidak cocok untuk kita yang jualan hasil bumi, semua pedagang di pasar ini rata- rata petani yang menjual hasil pertanian di kebun, bagaimana kita mau jualan sedangkan lapak di dalam itu ukuran sangat kecil, kita sendri dengan jualan saja tidak bisa bagaimana dengan para pembeli yang datang pasti sangat sesak," Katanya.
Dirinya sangat menyesali pemerintah tidak melakukan pengawasan terlebih dahulu sebelum membangun, kita ini pedagang tradisional yang menjual hasil bumi dari ladang, jangankan kita para pedagang yang jual pakian saja tidak bisaa jualan karena sempit dan kecil semua lapak itu
“Pemerintahbangun pasar untuk kita masyarakat tapi mereka tidak melihat dulu bagaimana kebutuhan masyarakat, untuk apa bangunan megah tapi tidak berpenghuni kesannya hanya menghabiskan anggaran Negara,” ujarnya.
Selain itu kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kabupaten Flores Timur Siprianus Sina Ritan Menjelaskan Bangunan baru itu kemarin setelah selesai pembangunan sudah diundi dan pedagang sudah masuk tetapi setelah itu ketika tidak ada petugas lagi pedagang mulai keluar dan membuat bangunan darurat di tepi jalan.
“Itu mental para pedagang kita yg selalu mau jajakan jualannya ditepi jalan. Persoalan budaya dan mentalitas pedagang. Penertiban sudah dilakukan berulang kali tetapi kenyataanya seperti itu masyarakat pedagang kita,”ujarnya.
Kami masi tetap berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan utk tetap melakukan penertiban bekerja sama dengan pihak keamanan TNI dan Polsek setempat.