Muhammadiyah Sebut Gelar Haji Bukan Tolak Ukur Keberhasilan Ibadah

Muhammadiyah Sebut Gelar Haji Bukan Tolak Ukur Keberhasilan Ibadah

Nasional | bandungraya.inews.id | Sabtu, 29 Juni 2024 - 11:40
share

BANDUNG, iNewsBandungRaya.id - Muhammadiyah angkat bicara soal gelar 'Haji' yang kerap disematkan kepada para jemaah haji Indonesia baru pulang dari Tanah Suci.

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Wawan Gunawan Abdul Wahid mengatakan, penyematan gelar ini sebenarnya merupakan tradisi yang tidak ada pada zaman Rasulullah SAW.

“Rasulullah sekalipun tidak dipanggil haji. Begitu pula dengan Siti ‘Aisyah tidak dipanggil hajjah. Setahu saya, tradisi ini hanya terjadi di Asia Tenggara dan beberapa tempat di Afrika,” ucap Wawan dilansir dari laman Muhammadiyah, Sabtu (29/6/2024).

Wawan menegaskan, bahwa gelar haji sejatinya hanyalah tradisi yang berkembang di masyarakat. Menurutnya, secara syariat Islam, tidak ada aturan yang dilanggar sehingga sah-sah saja dilakukan.

Namun, dirinya mengingatkan agar jangan sampai meninggalkan aspek-aspek etika dalam Islam dalam menjalani tradisi ini.

 

Gelar tersebut bukanlah ukuran dari keberhasilan ibadah haji seseorang. Wawan menekankan, bahwa aspek terpenting setelah menunaikan ibadah haji bukanlah pada penyematan nama 'haji', melainkan pada kemabruran ibadah haji tersebut.

Kemabruran merupakan tanda bahwa seseorang telah berhasil dan sukses menunaikan ibadah haji secara sempurna dan mendapatkan ridha Allah. Ini yang seharusnya menjadi fokus utama bagi setiap jamaah haji.

Menurutnya, berdasarkan keterangan dari Rasulullah Saw, ganjaran bagi yang meraih haji mabrur tidak lain adalah surga. “Allah menjanjikan surga bagi mereka yang berhasil meraih haji mabrur,” katanya.

Wawan juga menjelaskan ciri lahiriah dari seorang haji mabrur berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW, yaitu “memberi makan dan menyebarkan salam” (اطعام الطعام وافشاء السلام). Dari hadis ini, Rasulullah seolah mendefinisikan haji mabrur dengan dua hal utama: 1) memberikan makan, dan 2) menebarkan perdamaian.

Memberi makan di sini tidak hanya berarti memberikan makanan secara harfiah, tetapi juga melambangkan kepedulian dan kedermawanan kepada sesama. Sementara itu, menyebarkan salam mencerminkan upaya untuk menciptakan perdamaian dan keharmonisan di tengah masyarakat.

 

Wawan berharap agar para jamaah haji tidak hanya fokus pada gelar yang mereka peroleh setelah pulang dari tanah suci, tetapi juga mengamalkan nilai-nilai haji mabrur dalam kehidupan sehari-hari.

"Haji bukan sekadar gelar, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang harus tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari," tandasnya.

Topik Menarik